Jakarta  (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Tony A Prasetyantono mengatakan tahun depan BI Rate bisa diturunkan hingga di bawah delapan persen untuk menggerakkan sektor riil. "Dengan asumsi inflasi 2009 sekitar 7 persen, maka BI Rate bisa diturunkan setidaknya hingga 8 persen pada medio 2009. Kalau masih memungkinkan, baru diturunkan lagi," katanya kepada ANTARA, Sabtu. Menurut dia, setidaknya ada beberapa alasan bahwa Bank Indonesia (BI) dapat mulai terus menurunkan suku bunga acuannya itu. Dari sisi nilai tukar, menurut dia, rupiah mulai menuju kesetimbangan yang baru yang dapat digunakan sebagai modal untuk menurunkan BI Rate. "Ada tanda-tanda rupiah mulai menemukan ekuilibriumnya yang baru, yang menurut perkiraan saya antara Rp 10.000 s/d Rp 11.000 per dolar AS. Ini modal yg bagus untuk menurunkan sukubunga acuan BI Rate," katanya. Selain itu pada 2009, menurut dia, merupakan momentum bagi penurunan suku bunga yang lebih agresif karena gejolak inflasi telah turun, sehingga kekhawatiran penurunan suku bunga terhadap inflasi dapat dikurangi. "Inflasi pasti turun," katanya. Di sisi lain, katanya, penurunan suku bunga tidak akan memicu gejolak aliran dana keluar (capital outflow) karena hampir seluruh dunia telah menurunkan suku bunganya. Sementara itu, BI pada Desember ini baru saja menurunkan suku bunga BI Rate sebesar 0,25 persen menjadi 9,25 persen. Namun penurunan tersebut dianggap kurang oleh kalangan pengusaha. Kebijakan penurunan BI Rate di bulan Desember merupakan pertama kalinya suku bunga acuan diturunkan sejak Januari-November 2008, setelah BI menaikkan suku bunga secara berkala sejak Mei hingga Oktober sebesar 0,25 persen setiap bulannya. Dari 8 persen pada Mei menjadi 9,5 persen Oktober dan sempat ditahan pada level 9,5 persen pada November. Dinaikkanya sejak Mei hinggga Oktober suku bunga tersebut seiring dengan kebijakan uang ketat BI untuk mengendalikan inflasi. Naiknya suku bunga acuan membuat perbankan menyesuaikan dengan menaikkan suku bunga kreditnya. Hal ini membuat kalangan pengusaha terbebani karena naiknya suku bunga kredit.

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008