Surabaya (ANTARA News) - Tiga rangkaian kereta api (KA) dari Stasiun Pasar Turi Surabaya menuju Jakarta dialihkan melalui jalur selatan setelah rel kereta api sepanjang 800 meter di ruas Kandangan-Benowo, Surabaya tergenang banjir setinggi 40 sentimeter. "Kereta api tidak bisa lewat, maka tiga rute kereta api kami alihkan melalui Stasiun Gubeng lewat jalur selatan menuju Solo lalu kembali lagi ke jalur pantura untuk meneruskan perjalanan ke Jakarta melalui Semarang," kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi (Daops) VIII Surabaya, Sugeng Priyono, Jumat malam. Ketiga kereta api yang dialihkan itu adalah Gumarang yang seharusnya berangkat dari Stasiun Pasar Turi pada pukul 17.30 WIB, Sembrani (18.30 WIB), dan Argo Anggrek (20.00 WIB). Selain tiga kereta api tersebut, satu rangkaian KA Argo Anggrek dari Jakarta tujuan Surabaya juga terpaksa berhenti di Stasiun Lamongan. "Ada sekitar 350 penumpang Argo Anggrek dari Jakarta itu yang kami angkut dengan bus untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya," katanya. Rangkaian kereta api kelas eksekutif itu seharusnya tiba di Stasiun Pasar Turi pada pukul 21.30 WIB. "Kami perkirakan, besok pagi jalur itu sudah normal lagi setelah kami melakukan perbaikan rel," kata Sugeng Priyono. Sementara itu banjir yang disebabkan meluapnya Sungai Kupang setelah wilayah Surabaya diguyur hujan deras sejak pukul 16.00 WIN juga memacetkan arus lalu lintas. Petugas penjagaan Polsek Benowo, Aiptu Suparno mengatakan, kemacetan di ruas jalur Benowo-Tandes yang merupakan jalan alternatif dari Surabaya menuju Gresik sepanjang empat kilometer. "Kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali, karena ketinggian air mencapai lutut orang dewasa," katanya menuturkan. Hingga saat ini tidak satu pun petugas kepolisian yang turun ke jalan untuk mengatur kemacetan arus lalu lintas di jalur itu. "Ketinggian air hingga lutut orang dewasa, tidak mungkin kendaraan mau jalan," katanya. Selain memutus jalur kereta api dan memacetkan arus lalu lintas, banjir di di wilayah barat Kota Surabaya itu juga mengakibatkan beberapa warga panik karena air sudah mulai masuk rumah.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008