Pekanbaru (ANTARA News) - Kawanan gajah liar meluluhlantakkan kebun karet dan kelapa sawit masyarakat Desa Kebun Durian, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau hingga petani mengalami kerugian.
"Sejak tanggal 1 Desember kemarin, desa kami didatangi delapan ekor gajah liar. Habis tanaman karet dan sawit warga kami, kebun kami luluhlantak dimakannya," ujar Kepala Desa Kebun Durian Alvi Rubama di Kampar, Jumat.
Menurut dia, siang malam masyarakat desanya berjaga-jaga agar kawanan gajah liar tersebut tidak lagi merusak kebun yang merupakan sumber ekonomi warga, namun hewan berbadan besar yang dilindungi pemerintah itu sulit diusir.
Ia mengatakan, ada 30 kepala keluarga warganya yang mengalami kerugian akibat rusaknya tanaman kebun mereka yang dimakan kawanan gajah liar.
"Tanaman yang dirusak tidak hanya karet tapi juga sawit dan kakao. Delapan ekor gajah itu ada induknya dan ada pula anaknya," ungkap Rubama.
Sedangkan jumlah tanaman yang dirusak diperkirakan ada 2.000 batang baik tanaman karet, sawit dan kakao.
Ia menjelaskan, tanaman karet yang disantap hewan bertelinga lebar itu tidak hanya menyayat kilut batangnya tapi juga memakan bibit tanaman.
Menurut dia, tanaman karet yang disantap selain bibit karet okulasi yang harganya antara Rp2.500-Rp3.000/batang ada juga bibit karet lambau yakni bibit karet yang dicabut dari kebun karet (anakan karet-Red) yang harganya Rp1.000/batang.
"Kerugian yang diderita petani karet tidak separah petani sawit karena bibit sawit lebih mahal lagi ada yang Rp25.000/pokok untuk bibit yang bagus sedangkan bibit sawit `hau-hau` harganya Rp15.000/batang. Bayangkan saja berapa kerugian masyarakat," ungkap Rubama.
Rubama mengatakan, kawanan gajah yang masuk ke desanya itu berasal dari sungai Tesso (kawasan Taman Nasional Tesso Nilo-Red) yang memiliki daerah jelajah dengan rute Kecamatan Kampar Kiri Hilir terus ke Kampar Kiri Hulu hingga Kecamatan Gunung Sahilan.
"Dulu, setahun sekali daerah kami dilewati gajah. Tapi kini tiga bulan sekali gajah datang kesini, tidak hanya lewat tapi dah menetap pula, agak lama disini baru pergi lagi. Sebelum habis tanaman kebun belum beranjak dia (gajah liar)," ujar Rubama.
Ia mengatakan, sebelum bulan puasa lalu desa mereka juga telah dimasuki kawanan gajah liar ini namun ditangani dengan cara pengusiran.
"Tapi gajah itu datang lagi. Itu sebabnya kami minta hewan ini ditangkap dan direlokasi ke tempat lain," ungkapnya.
Menurut dia, pengaduan mereka agar kawanan gajah liar tersebut ditangkap telah ditanggapi pemerintah daerah dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Ia mengatakan, sejak empat hari lalu tim KSDA Riau telah berada di desanya bersama dua ekor gajah jinak untuk menangkap gajah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008
jadi menurut saya normal itu gajah datang ke kebun karena sebelumya itu tempat tinggal mereka.
jadi hukum karma atau timbal balik itu memang ada
dulu mereka yg takut kemanusia yg merusak tempat tinggal mereka sekarang berbalik bikin takut manusia
jangan salahkan hewan seperti gajah dan lainnya , tanya kita sendiri salah siapa
dulu sebelum ada manusia di sumatra udah ada gajah dan hewan yg lain yg sekarang mulai punah
kasian mereka
bukan dosa dan salah mereka kalau sekarang giliran mereka yg datang mengganggu manusia karena dulu manusia yg ganggu mereka
tepatnya hukum balik atau hukum karama memeng ada