Palembang (ANTARA News) - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengatakan, krisis kapitalis yang sedang dilanda negara maju terutama Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Krisis kapitalis tersebut akan berpengaruh terhadap negara-negara yang budaya konsumtifnya tinggi, seperti AS dan sejumlah negara maju lain karena biasanya kapitalis tergantung dengan kredit dan kredit modalnya kepercayaan, katanya ketika membuka Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), di Palembang, Jumat sore. Menurut dia, negara kapitalis biasanya tergantung dengan pinjaman atau kredit sehingga ketika lembaga yang memfasilitasi pinjaman mengalami kemacetan dan bangkrut maka langsung berdampak pada semua lini perekonomian negara tersebut. Apalagi salah satu modal untuk mendapatkan kredit tersebut adalah kepercayaan sehingga ketika "trust" tersebut mulai menurun maka akan berpengaruh dalam penyaluran kredit, tambahnya. Ia menyakinkan, krisis keuangan kapitalis tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Paling-paling sektor ekspor yang terganggu dan itupun diprediksi tidak terlalu berpengaruh karena produk yang kita ekspor berupa komoditi konsumsi yang pasti dibutuhkan walaupun mereka sedang krisis, seperti CPO dan kopi," katanya. Apalagi komoditi ekspor yang dijual Indonesia harganya lebih murah dibanding produk serupa dari negara lain, terutama komoditi asal eropa. Kalla mengatakan, ditengah kondisi krisis tentunya negara kapitalis tersebut akan memilih produk yang harganya murah, seperti produk tekstil Indonesia jauh lebih murah ketimbang pakaian dari Italia sehingga peluang mempertahankan industri itu sangat besar, ujarnya. Oleh karena itu, Wapres berharap agar bangsa Indonesia tetap optimis ditengah badai krisis kapitalis ini ada hikmah dan peluang yang bisa didapat tentunya dengan terus bekerja maksimal dan memproduksi produk-produk terbaik. Karena semua produk yang dihasilkan petani dan pabrik di Indonesia pasti tetap diminati ditengah krisis kapitalis yang saat ini terjadi, tambahnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008