New York (ANTARA News) - Harga minyak naik lebih dari 10 persen, Kamis, dan ditutup pada posisi mendekati 48 dolar per barel, menyusul seruan presiden OPEC bagi dilakukannya pengurangan yang lebih signifikan pada produksi minyak dan melemahnya dolar ke level terendah dalam tujuh pekan terakhir terhadap euro.
Berita bahwa Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan negaranya siap bekerja sama dengan OPEC dalam pengurangan produksi memberikan dukungan tambahan pada pasar.
"Kita mulai melihat mesin sebenarnya bagi peningkatan harga minyak, yakni pemotongan dalam produksi OPEC, dan tampaknya mereka akan mengurangi output pada pertemuan pekan depan," kata Tim Evans, analis energi pada Citi Futures Perspective.
Juga berdiri di belakang adalah Rusia yang siap berkoordinasi dengan OPEC dan itu akan membuat harga bergerak naik jika dilaksanakan," tambahnya.
Harga minyak AS ditutup pada posisi 47,98 dooar, atau mengalami kenaikan 4,46 dolar atau sebnyak 10,25 persen. Dengan demikian, harga minyak melanjutkan kenaikannya dari level mendekati posisi terendahnya pada pekan lalu.
Kenaikan itu merupakan kenaikan harian terbesar sejak 4 Nopember, saat harga ditutup naik 10,36 persen.
Harga patokan Eropa, minyak Brent Laut Utara, ditutup pada posisi 47,39 dolar, atau mengalami kenaikan 4,99 persen.
Harga minyak anjlok hampir 100 dolar dari rekor tinggi 147,27 dolar yang dicapai pada musim panas lalu, menyusul krisis finansial global yang menekan pemintaan minyak.
OPEC akan menyepakati pengurangan produksi yang lebih signifikan pada pertemuan pekan depan di Aljazair, kata Presiden OPEC, Chakib Khelil, dalam pernyataannya yang
Berbagai sumber industri mengemukakan kepada Reuters, Rabu, mereka memperkirakan pengiriman minyak Saudi Arabia pada Januari akan berada di bawah kuotanya sekarang, suatu langkah yang merupakan pernyataan tak langsung bahwa produsen terbesar OPEC itu mengharapkan OPEC menyetujui pengurangan lebih jauh pasokannya ketika mereka bertemu di Aljazair pada 17 Desember.
Dolar AS melemah setelah data mingguan mengenai klaim pengangguran ternyata lebih buruk ketimbangkan yang diperkirakan. Melemahnya dolar dapat mendorong permintaan minyak dan komoditas lainnya dengan denominasi dolar. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008