Surabaya (ANTARA News) - Guru besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Aminuddin Kasdi mengatakan, hingga saat ini masyarakat di Indonesia belum menyepakati beberapa anggota Wali Sanga. "Dalam hal Wali Sanga, ternyata masyarakat belum menyepakati siapa saja yang termasuk anggota Wali sanga. Bahkan di Jawa juga terdapat beberapa versi tentang Wali Sanga," katanya dalam Sarasehan Festival Kampoeng Ampel di Balai Pemuda Surabaya, Kamis. Ia menyebutkan, di Jawa Timur yang dipercaya sebagai anggota Wali Sanga adalah, Maulana Maghribi, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, dan Sunan Kalijaga. Sedang di Jawa Tengah, masyarakat memercayai anggota Wali Sanga adalah, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bentong, Sunan Majagung, dan Sykeh Siti Jenar. Beda lagi dengan di Jawa Barat yang masyarakatnya lebih memercayai anggota Wali Sanga itu antara lain, Pangeran Majagung, Pengeran Bonang, Sykeh Bentong, Sunan Ampel, Pangeran Cirebon, Syekh Lemah Bang, Maulana Maghribi, Sunan Kalijaga, dan Sunan Giri. Sementara Lembaga Riset Islam Malang menyebutkan, anggota Wali Sanga itu adalah Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, dan Syekh Siti Jenar. "Dari segi waktu keberadaannya berdasar sumber-sumber tertulis, arkeologis, dan sumber tradisi, pendapat mengenai Wali Sanga itu merupakan satu majelis yang mengadakan permusyawaratan bersama, ternyata lemah," katanya. Ia menyebutkan, tokoh Maulana Malik Ibrahim angka kematiannya sebagaimana tertulis dalam aksara "kufi" di pusaranya pada tahun 1419. Sedang Raden Rahmat atau Sunan Ampel baru tiba di Majapahit menemui bibinya, Putri Campa pada 1419 dan wafat pada 1475. Sunan Bonang dan Sunan Drajat, keduanya putra Sunan Ampel, masing-masing wafat pada 1525 dan 1520. Sunan Kalijaga baru muncul di hari tua Sunan Bonang. Sunan Gunung Jati muncul pada tahun 1527 dalam pertempuran Sunda Kelapa dan meninggal dunia 43 tahun kemudian di Cirebon. Sementara Sunan Kudus muncul pada 1546 setelah Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat mangkat. "Apabila dikatakan, bahwa Wali Sanga itu diteruskan oleh keturunannya, maka hanya Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati," katanya. Hanya bedanya Sunan Giri bergerak di bidang rohani di Gresik, sedang Sunan Gunung Jati menurunkan penguasa sekuler, yakni raja-raja di Cirebon. "Meskipun secara historis riwayat para Wali Sanga mengandung berbagai mitos, bagaimanapun juga mereka dianggap sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Jawa. Oleh karena itu sampai sekarang masih mendapatkan penghargaan tinggi di kalangan masyarakat, khususnya di Jawa," kata Aminuddin menambahkan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008