Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, usai melayat ke rumah duka Ali Alitas di Jalan Benda, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis malam, menyatakan Ali adalah tokoh besar yang patut dikenang oleh generasi mendatang bangsa Indonesia sebagai sosok guru dan pengayom.
Presiden Yudhoyono yang didampingi Ibu Ani berkali-kali mengusap matanya yang terlihat merah setelah keluar dari rumah Ali, bahkan sempat mengelap hidung dengan kertas tissue di hadapan puluhan wartawan sebelum memberi keterangan pers untuk menyampaikan kenangan manisnya tentang Ali.
Pada 1999, Presiden Ri yang waktu itu masih menjadi perwira tinggi senior, bertugas mendampingi Ali Alatas yang menjabat Menteri Luar Negeri guna menghadapi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang bersikap keras tentang Timor Timur.
Kemudian pada 2007, giliran Presiden Yudhoyono yang memberikan pernyataan di depan DK PBB dengan didampingi oleh Ali Alatas sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
"Itu adalah sosok yang patut dicontoh. Pada 1999, beliau berada di depan sebagai sosok guru, pengayom dan pemberi tuntutan. Sedangkan pada 2007, ketika saatnya berada di belakang, beliau berikan dorongan kepada adik-adiknya untuk maju," tutur Presiden.
Yudhoyono juga menyampaikan kesannya tentang Ali Alatas ketika bertugas sebagai Ketua Wantimpres sampai akhir hayatnya, yang disebutnya sering memberikan pendapat kritis kepada Presiden namun disampaikan dengan cara yang tepat.
Di mata Presiden, Ali Alatas bukan saja sosok diplomat andal, namun juga seorang negarawan yang selalu mengutamakan kepentingan negara.
Presiden langsung memberi hormat kepada jenazah Ali Alatas setibanya di rumah duka, kemudian berbincang dengan Ibu Junisa Alatas dan setelah itu melakukan shalat jenazah. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008