Mina, Mekah (ANTARA News) - Anggota Komisi VIII DPR RI Ichwan Syam di Mina, Arafah, Mekah, Kamis, meminta pemerintah membentuk Tim Penerangan Haji yang profesional, terbuka, dan memihak jemaah, sehingga informasi yang simpang-siur tidak mudah berkembang dan menimbulkan kecurigaan macam-macam.
"Karena itu, saya langsung protes kepada Menteri Agama saat tim penerangan melibatkan wartawan, tapi informasi yang memihak jemaah justru dihalang-halangi, padahal sebenarnya cukup dengan meminta wartawan melakukan konfirmasi. Apa yang dilakukan wartawan secara terbuka itu justru menguntungkan pemerintah, karena isu macam-macam akan terhambat," katanya.
Permintaan Ichwan diutarakan sebagai upaya antisipasi atas berkembangnya berbagai kabar tidak benar yang selama ini selalu meliputi penyelenggaraan haji, diantaranya soal insiden di terowongan Mina.
Anggota Tim pengawas haji dari Komisi VIII DPR RI ini mencurigai adanya "pola tetap" berkenaan dengan munculnya isu insiden di terowongan Mina, Arafah, Mekah Almukarromah, pada 9 dan 10 Desember, yang ternyata tidak ada.
"Ada modus atau pola yang tetap, boleh jadi disengaja tapi boleh jadi juga tidak disengaja. Anehnya, isu yang sama juga terjadi pada tahun lalu," kata Ichwan Syam.
Di Mina beredar isu terjadinya insiden di terowongan Mina pada Selasa (9/12) pukul 14.00 WAS tentang jemaah yang berdesak-desakan dan akhirnya jatuh, ternyata jemaah yang berasal dari India itu memang berdesak-desakan dan sempat jatuh, tapi tidak ada korban sama sekali dalam kejadian itu.
Ironisnya, insiden ini disangkutpautkan dengan jemaah haji Indonesia yang saat kejadian itu sedang melontar jumroh di tempat berbeda, di lantai 2 Jamarat.
Isu kemudian berkembang menjadi 23 jemaah tewas, kemudian 39 orang, 40 orang, dan akhirnya mencapai 100 orang, padahal tidak ada seorang pun anggota jemaah haji Indonesia yang berdesak-desakan saat itu.
Sehari kemudian (10/12) muncul lagi isu yang sama mengenai 300 jemaah yang terjebak dalam terowongan Mina yang listriknya sedang mati, padahal petugas dan jemaah yang melewati terowongan itu sejak pagi hingga maghrib tidak melihat ada insiden itu.
Menurut Ichwan Syam, pola tetap yang ditiupkan adalah adanya anggota keluarga di Tanah Air yang menanyakan kebenaran insiden terowongan Mina, kemudian di Tanah Suci berkembang informasi yang tidak benar dan akhirnya disampaikan ke Tanah Air dan menjadi informasi yang kian terdistorsi.
"Isu itu sekarang memang dikembangkan dengan tinggal pencet handphone untuk SMS atau telepon langsung, karena itu hal itu perlu diselidiki, kenapa hal itu bisa terjadi," kata Ichwan. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008