Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN mewacanakan agar komponen biaya distribusi dan marjin (ALPHA) BBM bersubsidi disesuaikan dengan harga minyak internasional untuk menghindari kerugian Pertamina.

"Sebaiknya alpha mengikuti harga minyak, sehingga potensi kerugian Pertamina dapat dihindari," kata Sekretaris Menneg BUMN Said Didu, di Jakarta, Kamis.

Menurut Said, dalam kondisi seperti sekarang ini di mana harga minyak turun hingga mencapai 43 dolar AS per barel, Pertamina dipastikan mengalami kerugian.

"Sejak harga minyak di bawah 85 persen, dengan alpha 9 persen saat ini maka Pertamina akan mengalami kerugian," ujarnya.

Ia menjelaskan, alpha merupakan persentase terhadap harga minyak yang di dalamnya ada komponen biaya distribusi, margin Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebesar 2,5 persen, biaya biaya kehilangan atau menguap saat distribusi, dan juga biaya persediaan.

Pada tahun ini alpha Pertamina sebesar 9 persen dengan asumsi harga minyak 85 dolar AS per barel. Sedangkan untuk tahun 2009 dalam APBN ditetapkan turun menjadi delapan persen.

Menurut Said Didu, dengan harga BBM sebesar 43 dolar per barel Pertamina dipastikan mengalami kerugian.

"Dalam kondisi saat ini menurut saya alpha disesuaikan saja, termasuk penyesuaian berapa nilai keuntungan yang diijinkan pemerintah bagi Pertamina," ujar Said.

Ia menambahkan, dalam pelaksanaan tugasnya Pertamina akan mencapai titik impas (break event poin/BEP) pada harga minyak Indonesia Crude Indonesia (ICP) 85 dolar AS per barel.

"Di bawah itu sudah rugi. Akan tetapi secara korporasi kalau windfall profit digabungkan maka perseroan masih mencatat laba," ujarnya.

Sementara itu Direktur Keuangan Pertamina Frederick Siahaan mengatakan, menyambut baik jika ada wacana menyesuaikan alpha terhadap pergerakan harga minyak.

"Dengan penyesuaian ini maka kewajiban yang ditugaskan kepada Pertamina tidak akan merugikan," katanya.

Sedangkan, Menneg BUMN Sofyan Djalil menjelaskan, hingga kini pemerintah masih mempertimbangkan dampak penyesuaian alpha tersebut terhadap kepentingan pemerintah," kata Sofyan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008