London (ANTARA News) - Dubes Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaludin mengatakan Sidang Komisi Bersama (SKB) RI-Rusia berakhir, kini tinggal bagaimana mengimplementasikan seluruh kesepakatan yang dibuat bersama.
"Setelah SKB, baik Indonesia maupun Rusia harus menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa Implementasi," ujar Dubes seperti disampaikan Counsellor KBRI Moskow, M. Aji Surya, kepada koresponden Antara London, Kamis.
Dubes mengatakan bahwa pencapaian dari SKB adalah implementasi, bukan sekedar pembuatan program.
Menurut M. Aji Surya, sebanyak 51 anggota delegasi Sidang Komisi Bersama RI-Rusia (SKB) mulai meninggalkan kota Moskow yang dingin membeku.
Suasana hangatnya perundingan bilateral tersebut tidak terasa lagi di KBRI yang berada di jantung kota termahal di dunia. Sisa-sisa dokumen yang tidak terpakai mulai dibenahi. Kini, semua kembali ke kondisi normal, ujarnya.
Menghadapi paska SKB, Dubes Hamid Awaluddin memiliki catatan penting. "Saya sering sampaikan SKB adalah 'kran' yang mengalirkan masalah yang tersumbat dan tidak lancar."
Menurut Dubes, dari SKB ke-5 di Moskow ini ia melihat banyak kegiatan memiliki prospek bagi hubungan bilateral kedua Negara di tahun medatang. "Kini kita punya modal bergerak maju, tidak stagnan," ujar dubes.
Diakuinya berbagai sumbatan yang berhasil diatasi dalam SKB antara lain dalam perdagangan, pariwisata dan transportasi. "Semua itu merupakan mata rantai yang saling mengait."
Dengan target penerbangan langsung dari Rusia ke Indonesia tahun depan maka arus wisatawan jadi lancar. Diharapkanya tahun depan wisatawan Rusia ke Indonesia lebih dari seratus ribu.
Sementara itu, perdagangan yang telah mencapai target satu milyar dolar juga dapat ditingkatkan melalui kerjasama kedua Kadin dan Business Council yang segera berdiri.
Diharapkan Rusia lebih banyak membeli produk dan menanamkan modalnya di Indonesia dan dengan penerbangan langsung tidak hanya membawa penumpang, tapi juga kargo.
<b>Spektakuler</b>
Diakuinya kesepakatan yang paling spektakuler adalah kerjasama budaya dalam bentuk peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Dalam SKB itu disepakati peringatan besar-besaran dalam bentuk pameran budaya baik di kota-kota besar di Indonesia maupun Rusia.
Ini sangat penting dalam rangka peningkatan pemahaman kedua masyarakat, "people-to-people contact." Dampak dari kegiatan semacam ini tentunya akan menguntungkan kedua bangsa.
Dalam tataran praktis, kedua negara sepakat memperkuat kerjasama di bidang perbankan dan turisme.
Saat ini Alfa Bank Rusia telah bermitra dengan Bank Mandiri. Disayangkan, wakil dari perbankan Indonesia tidak hadir dalam SKB padahal counterpart-nya dari Rusia datang, ujar dubes.
Dubes mengharapan turis Rusia akan membeludak di tahun depan asal semua pihak konsisten.
Dalam protokol disebutkan akan ada "joint promotion on tourism," pelatihan bahasa Rusia bagi pemandu wisata Indonesia hingga kunjungan media Rusia ke tempat-tempat wisata di Nusantara.
Bahkan Pemerintah Rusia juga akan mendorong masyarakatnya untuk berkunjung ke 10 tujuan wisata di luar Bali.
Untuk itu, di awal tahun depan, KBRI dan Depbudpar sepakat mengundang dan menfasilitasi tour operator Rusia ke Indonesia.
"Kerjasama investasi juga akan terus didorong meskipun investasi adalah kegiatan yang sering dinilai beresiko," ujarnya.
Dubes mengatakan bahwa ia mendesak Rusia agar segera mengimplementasikan rencananya untuk investasi di bidang teknologi, energy, minyak dan gas, komuniasi hingga perkebunan.
Diakuinya secara rutin ia akan mengadakan pertemuan dengan pebisnis Rusia dan pebisnis Indonesia karena investasi tidak datang begitu saja.
Diakuinya kendala utama dari berbagai kesepakatan yang ada berada dalam diri sendiri. "Adakah kesadaran untuk melaksanakan ataukan cukup puas berhenti pada kertas yang tak bermakna", tanyanya.
Dubes mengatakan KBRI berusaha untuk mengamati ke 62 butir kesepakatan selanjutnya dapat mengimplementasian secara maksimal.
Bila ada masalah di tengah jalan, dirinya bersama Dubes Ivanov di Jakarta berusaha untuk menyesaikan, demikian Dubes Hamid Awaludin. (*)
Copyright © ANTARA 2008