"Pertumbuhan tersebut bisa terjadi bila defisit APBN sebesar satu persen," kata Kepala Ekonom Bank Dunia di Indonesia Walllia E Wallace, Rabu.
Menurut dia, seiring dengan perlambatan perekonomian global, maka ekspor Indonesia akan menurun tajam. Di sisi lain penurunan harga-harga komoditas juga turut serta menurunkan nilai ekspor Indonesia.
"Namun saya merasa, pada tahun depan ada kemungkinan harga komoditas kembali naik," katanya.
Menurut dia, pada 2009, pertumbuhan ekonomi terutama akan didorong oleh konsumsi meski tekanan terhadap konsumsi juga dirasakan dengan banyaknya PHK.
"Namun di Indonesia kasusnya berbeda dengan AS, mereka yang tidak bekerja bisa pulang ke desa untuk ikut bertani. Jadi di Indonesia masih ada semacam bantalan untuk konsumsi," katanya.
Di sisi lain, menurut dia, untuk membantu daya beli, pemerintah diperkirakan akan menyalurkan dana bantuan langsung tunai (BLT) pada awal tahun. "Saya meyakini pemerintah akan melakukannya minimal pada semester pertama 2009," katanya.
Selain itu, untuk menunjang permintaan domestik, pemerintah akan mendorong belanja pemerintah lebih awal dan akan menyalurkan pembiayaan untuk sektor-sektor infrastruktur.
"Ini bisa dilakukan oleh pemerintah, dan stimulus ekonomi perlu dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, adanya tambahan sekitar 950 juta dolar AS bantuan dari Bank Dunia yang baru saja disetujui bisa dipergunakan oleh pemerintah untuk menggerakkan perekonomian.
Sementara itu, terkait dengan rupiah pada 2009, ia belum bisa memastikan apakah pada akhirnya rupiah akan mengalami pelemahan yang tajam karena adanya rencana AS menerbitkan T-bill senilai 700 miliar dolar AS.
"Kita tidak tahu apakah kemudian hal ini menjadi ganjalan untuk kemudian rupiah akan melemah tajam, tapi yang pasti saat ini rupiah akan mencarai kesetimbangan baru," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008