Jakarta  (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi, menguat menjauhi angka Rp11.000 per dolar AS, didukung oleh membaiknya bursa regional, menyusul keputusan pemerintah AS memberikan dana talangan untuk mengurangi dampak krisis keuangan global. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik menjadi Rp10.825/10.935 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.870/11.000 per dolar AS atau naik 45 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu mengatakan, rupiah masih mendapat dukungan positif dari upaya pemerintah AS yang mempersiapkan dana talangan sebesar 700 miliar bagi penyelamatan industri perbankan dan otomotifnya. Dana talangan itu akan dapat menyerap kebutuhan masyarakat terhadap dolar AS, dimana stok mata uang asing itu di pasar belum memenuhi permintaan, katanya. Rupiah, menurut dia, mengalami kenaikan hanya sementara saja, karena para investor asing masih menahan diri untuk menempatkan dananya di pasar domestik, mengingat ke depan posisi rupiah masih belum pasti apakah masih di bawah angka Rp11.000 per dolar AS atau menguat hingga di atas Rp12.000 per dolar AS. Karena itu, investor asing masih belum yakin dengan tingkat rupiah yang saat ini membaik apabila melihat pertumbuhan ekonomi global yang melambat, katanya. Lebih lanjut, ia mengatakan, keterpurukan rupiah dalam beberapa bulan lalu, karena krisis keuangan global bukan karena faktor fundamental ekonomi Indonesia. Jadi apabila ada isu positif dari eksternal yang memberikan sentimen positif terhadap bursa regional, maka rupiah juga akan terimbas, katanya. "Kami memperkirakan rupiah pada sore nanti akan kembali menguat, karena sentimen positif dari eksternal masih tinggi," tambahnya. Kostaman mengatakan, apabila rupiah bisa menyentuh angka Rp10.000 per dolar AS, maka ini merupakan kejutan, karena banyak analis yang menyatakan jangan mimpi apabila rupiah bisa mencapai level tersebut. Apalagi pemerintah terus membuat insentif stimulus fiskal dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi tetap berada pada angka 6 persen meski pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan hanya mencapai 4,5 persen, ucapnya. (*)  

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008