Biasanya, pada setiap tahun warga keturunan Tionghoa Kota Pontianak selalu mengelar pesta kembang api hingga pukul 00.00 WIB di malam tahun baru Imlek. Di sepanjang Jalan Gajah Mada ini merupakan salah satu pusat pesta kembang api terbesar dan selalu menjadi daya tarik warga bersama keluarga untuk datang menyaksikannya.
Parlan (31) warga Sungai Rengas Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya, bersama istri dan anaknya sengaja ikut memadati Jalan Gajah Mada hanya ingin melihat meriahnya pesta kembang api di kawasan Pecinan tersebut.
"Kami sengaja datang ke sini, karena setiap tahun di malam tahun baru Cina selalu ramai dengan pesta kembang api. Dan ini menjadi hiburan buat anak-anak setiap tahunya," kata Parlan.
Ia juga mengaku, berkumpulnya warga di Jalan Gajah Mada Pontianak ini juga menjadi ajang silaturahmi. Sebab kata Parlan, biasa tanpa sengaja dirinya bisa bertemu dengan kawan-kawan yang selama ini jarang ia temukan di hari-hari biasa.
"Ya senang saja bisa bertemu kawan yang lama tidak bertemu," katanya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya pesta kembang api pada pukul 23.33 WIB mulai mewarnai langit Kota Pontiakak. Suasana semakin meriah dengan dentuman bersaut-sautan dari kembang api di malam Tahun Batu Imlek tersebut.
Sementara itu, hujan gerimis warnai dan diharapkan membawa berkah malam Imlek atau Tahun Baru Cina di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, serta tidak mengurangi antusias warga Tionghoa yang melaksanakan sembahyang, salah satunya di Kelentang Vihara Paticca Sammuppada Borneo.
Ketua Kelenteng Paticca Sammuppada Pontianak, Harison Hermanto di Pontianak mengatakan, puncak warga Tionghoa yang melaksanakan sembahyang dalam menyambut malam Imlek datang ke sekitar pukul 23.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB.
Ia menjelaskan, warga Tionghoa yang melaksanakan sembahyang mulai ramai sejak pukul 06.00 WIB pagi hari dan dilanjutkan hingga malam hari dalam menyambut dan merayakan malam Tahun Baru Cina 2571.
"Tradisi ini sudah ada sejak dahulu, bagi yang beragama Khatolik, Konghucu dan Kristen yang termasuk orang China tetap mengikuti Imlek dan sembahyang di sini," ungkapnya.
Ia menambahkan, menurut kepercayaan warga Tionghoa, hujan merupakan sumber rezeki dan dapat membawa berkah bagi mereka, sebaliknya jika tidak turun hujan itu suatu musibah atau tidak membawa keberuntungan.
Sehingga, dia menambahkan dengan turunnya hujan malah semakin memberikan semangat warga Tionghoa untuk memanjatkan doa dalam menyambut malam Imlek.
Baca juga: Hujan di malam Imlek di Pontianak diharapkan membawa berkah
Baca juga: H-1 Imlek, penumpang pelabuhan SBP Tanjungpinang naik dua kali lipat
Baca juga: Jelang Imlek, Surya Paloh kunjungi klenteng di Makasar
Baca juga: Warga Tionghoa ramaikan Imlek dengan berkumpul dan makan bersama
Pewarta: Andilala dan Slamet Ardiansyah
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020