Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini dipicu oleh penguatan faktor regional.

"Faktor regional baik sekarang, sedang menguat. Pasar modal juga baik, kita juga dapat imbasnya," katanya di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, penguatan juga didukung oleh kebijakan-kebijakan BI yang telah dikeluarkan. Menurut dia, dengan dikeluarkannya aturan tersebut diharapkan permintaan dolar di pasar menjadi berkurang.

Deputi Gubernur BI Budi Mulya mengatakan, penguatan rupiah terutama di picu oleh kebijakan-kebijakan AS yang direspon pasar dengan baik.

"Utamanya tentu faktor global, turbulensi pasar keuangan masih berlanjut, ketidakpastian.Tapi perkembangannya tidak selalu bearish ada kalanya perkembangannya bullish, di dalam pasar keuangan global (faktor global penguatan rupiah) adalah langkah kebijakan baru pemerintah AS. Tapi terkait dengan di dalam negeri (faktor dalam negeri) BI selalu memastikan pengendalian supply dan demand valas," katanya.

Sementara itu, pengamat Yanuar Rizki mengatakan, masih ada ancaman bagi terjadinya pelemahan rupiah, terutama dari AS. Menurut dia, saat ini AS baru menyedot 16 persen dana dari 70 persen dana dolar untuk keperluan menambal kerugian perusahaan-perusahaan AS.

Dan potensi ancaman pelemahan rupiah terutama apabila pemerintah AS merealisasikan penerbitan T-bill senilai 700 miliar dolar AS. "Dana-dana investor akan lari kesana," katanya.

BI sendiri dalam beberapa waktu ini telah mengeluarkan dua aturan penting terkait dengan manajemen devisa. Pertama mengeluarkan peraturan tentang kewajiban mencantumkan underlying transaction untuk pembelian dolar senilai 100 ribu dola AS serta mengeluarkan surat edaran pelarangan produk derivatif spekulatif yang membuat permintaan akan dolar menjadi meningkat. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008