sikap BI yang tidak menahan penguatan rupiah dan juga neraca perdagangan Desember yang membaik, juga membantu penguatan rupiah.

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan perkasa di tengah melemahnya mayoritas mata uang regional Asia.

Rupiah ditutup menguat 56 poin atau 0,41 persen di level Rp13.583 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp13.639 per dolar AS.

"Yield obligasi AS yang masih di level rendah membantu penguatan rupiah terhadap dollar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Rupiah berpotensi terus menguat, pasar tetap waspadai Virus Corona

Saat ini yield obligasi AS berada di kisaran 1,74 persen setelah kemarin berhasil menyentuh kisaran 1,71 persen, level terendah sejak 5 Desember 2019.

Selain itu, lanjut Ariston, sikap BI yang tidak menahan penguatan rupiah dan juga neraca perdagangan Desember yang membaik, juga membantu penguatan rupiah.

Bank Indonesia menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75 persen.

BI mengambil kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik.

Baca juga: Menguat, dolar diperdagangkan sekitar paruh tengah 109 yen di Tokyo

Pekan depan, kemungkinan rupiah untuk terus menguat masih terbuka, di kisaran Rp13.540-Rp13.500 per dolar AS.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp13.637 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.577 per dolar AS hingga Rp13.643 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.632 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.626 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020