Jakarta  (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi ,menguat hingga mendekati angka Rp11.000 per dolar AS, akibat dukungan positif dari faktor eksternal yang terjadi di Amerika Serikat.

Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp11.320/11.400 dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp11.600/1.700 atau naik 280 poin.

Pengamat Ekonomi dari Standard Chartered Bank, Eric Sugandhi, di Jakarta, Selasa, mengatakan, faktor eksternal yang membuat rupiah menguat karena rencana pemerintah Amerika Serikat yang akan memberikan dana talangan kepada tiga pabrik mobil AS General Motors, Ford dan Chrysler.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah AS di bawah Presiden Barack Obama sangat konsen terhadap krisis dunia yang bermula dari AS untuk segeranya diatasi dengan cepat, katanya.

Sebelumnya pemerintah AS telah menyuntik dana talangan kepada City Bank yang diambil dari total dana talangan sebesar 700 miliar dolar AS.

Menurut dia, pelaku pasar domestik saat ini cenderung menahan diri tidak membeli dolar AS, mereka bahkan melepasnya dan membeli rupiah.

Akibatnya rupiah sejak dua hari lalu terus menguat hingga di posisi Rp11.320 per dolar AS, ujarnya.

Rupiah, lanjut dia, juga mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) yang segera masuk pasar untuk mendorong rupiah terus menguat.

BI melihat kondisi ini merupakan momentum yang tepat untuk memicu rupiah kembali menguat lebih jauh untuk bisa mencapai angka Rp11.000 per dolar AS, katanya.

Eric mengatakan, rupiah masih akan dapat bergerak naik, karena sentimen positif dari eksternal sangat besar

dengan akan digulirkan dana sebesar 700 miliar dolar AS mengakibatkan dolar AS dipasar akan banyak beredar.

"Kami melihat peluang rupiah untuk kembali menguat sangat besar. meski untuk mencapai angka Rp10.000 per dolar AS sangat sulit," ucapnya. (*)
 

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008