"Minat para investor untuk berinvestasi di Jawa Timur kian melambat, menyusul ditundanya tiga proyek industri oleh investor asing dari Taiwan, Korea, dan Jepang di SIER," kata Direktur Pemasaran dan Pengembangan PT SIER (Persero), Yoke C. Katon, saat dihubungi ANTARA, Senin (8/12).
Menurut dia, sebenarnya realisasi investasi di SIER ditargetkan pada bulan November 2008. Jika hal itu terwujud, dari satu pabrik yang akan dibangun investor Taiwan dapat menyerap sekitar 10 ribu tenaga kerja.
"Mereka sebenarnya telah mendapat izin dari Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur. Kemudian mereka hanya perlu mencari lokasi yang strategis untuk pembangunan pabriknya," katanya menerangkan.
Kini, kata dia, para investor harus menghitung kembali "visibility" dari usahanya. Padahal saat akan berinvestasi mereka telah menghitung biaya dengan kalkulasi yang belum besar dan peluang untuk mendapatkan keuntungan masih besar.
"Akan tetapi, dengan asumsi nilai rupiah Rp9.500,00 per dolar AS, kini mereka semakin ragu untuk berinvestasi," katanya.
Hal itu, lanjut dia, karena profit margin akan berkurang jika rupiah terus melemah dan daya beli masyarakat tak kunjung membaik. Apalagi semua perusahaan yang akan dibangun memiliki orientasi ekspor rata-rata dari keseluruhan produksi.
"Mereka juga masih memerlukan bahan baku impor. Oleh karena itu, dikhawatirkan penghasilan dari penjualan produk tidak akan menutup biaya produksi dan distribusi yang tinggi," katanya memaparkan.
Ia menjelaskan, minimnya realisasi investasi pada tahun ini karena masih ada persoalan pasokan listrik yang masih belum stabil. Apalagi kini PLN menerapkan kebijakan pembaharuan kontrak setiap bulan.
Hal itu, kata dia, menimbulkan banyak komplain dari pengusaha, terutama pengusaha asing karena ketidakpastian pasokan listrik, tarif, dan lainnya.
"Saya berharap, investasi ini dapat terealisasi Januari 2009. Untuk menindaklanjuti realisasi itu saya telah melaporkannya ke BPM," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008