"Tingkat penjualannya dalam empat hari ini sangat lumayan. Mereka sangat menyukai dan kebanyakan sebagai oleh-oleh," kata Madjid, 60, di kios Irma Batik pada lantai I Mega Mall Batam Centre (MMBC), Minggu malam.
Madjid, pensiunan pegawai Departemen Perindustrian, sejak empat tahun silam intens mendampingi istrinya yang sejak dulu adalah wirawasta yasa boga, kerajinan dan batik.
Bersama Irma, 54, Madjid mempunyai satu kios batik dan kerajinan di Pasar Seni Ancol, Jakarta.
Ia mengatakan, omset penjualan di mal Batam lebih bagus, kecuali bila dibandingkan dengan hasil penjualan melalui pameran besar di Jakarta.
Suami-istri, Madjid dan Irma, sebulan hingga awal 2009 menyewa ruang tiga kali tiga meter di lantai dasar MMBC. Mereka menjual pakaian batik dari Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan Cirebon.
Karena laku keras, Madjid berencana kembali beberapa hari ke Pulau Jawa untuk menambah stok menjelang Natal dan Tahun Baru di Batam.
"Di sini," katanya, "yang paling laku adalah pakaian batik perempuan."
Irma Batik, kios kakek-nenek seorang cucu itu, menyediakan pakaian batik tulis dan campuran dengan bahan katun dan sutera. Harganya bervariasi dari Rp40 ribu hingga Rp200 ribuan.
Selain membeli dari pusat-pusat penjualan batik di Jawa, stok barang jualan mereka sebagian dari hasil menjahit langsung. (*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008