Arafah, Saudi Arabia (ANTARA News) - Gelombang manusia menyapu Padang Arafah, Minggu pagi, ketika jutaan jemaah haji berkumpul untuk memulai wukuf, ritual penting dalam pelaksanaan ibadah haji ke tanah suci.
Dimulai setelah fajar menyingsing, dalam suasana cuaca yang mendukung, para jemaah bertolak menuju bukit itu, yang juga dikenal sebagai Jabal Rahmah, dengan berjalan kaki atau bus.
Di tempat inilah Nabi Besar Muhamad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya lebih dari 14 abad silam.
Rasullulah dalam Khutbatul Wada' menyatakan : "Wahai umat manusia, dengarkanlah ucapanku, sebab saya tidak tahu, boleh jadi saya tidak akan bisa bertemu selamanya dengan kalian setelah tahun ini, di tempat ini. Sesungguhnya darah kalian haram (untuk ditumpahkan), dan harta kalian haram (untuk dirampas)."
Sebegitu jauh tak ada masalah dalam musim haji tahun ini, kata para penyelenggara, kendatipun jumlah jemaah haji yang datang dari luar Arab Saudi mencapai rekornya pada tahun ini.
Media menyebutkan jumlah kaum Muslimin yang menunaikan rukun Islam kelima tahun ini kemungkinan mencapai tiga juta orang.
Pada hari kedua pelaksanaan ibadah haji, para jemaah pria hanya mengenakan pakaian ihram yang membalut tubuh mereka, sedang jemaah wanita menutupi seluruh tubuh mereka.
Hari penuh kemenangan
Di bawah pengamanan yang ketat dan seksama, para jemaah mengumandangkan "Labbaik Allahumma Labaik...., Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah".
"Ini adalah hari penuh kemenangan," kata seorang pria sebelum air matanya tertumpah setibanya di Arafah, dibalut keharuan dan kebahagiaan karena dapat menunaikan rukun Islam kelima.
Tak kalah emosionalnya adalah Suad Dasuqi, seorang wanita berusia 50 tahun asal Mesir, yang menyerukan "kejayaan Islam dan persatuan di kalangan kaum Muslimin", sambil menyatakan ibadah haji menyatukan kaum Muslimin dari berbagai ras dan warna kulit serta dari seluruh benua.
Para jemaah akan menghabiskan waktu siang di Padang Arafah untuk berdoa memohon ampunan Allah SWT. Wukuf di Arafah adalah simbol akan datangnya hari akhir bagi manusia ketika manusia menantikan pengadilan yang penghabisan.
Saat matahari terbenam, mereka bergerak menuju Muzdalifah, lima kilometer jauhnya, untuk bermalam.
Pada keesokan harinya, Senin, mereka kembali ke Mina. Begitu mereka tiba di Mina, mereka menyembelih qurban, biasanya domba, untuk mencontoh kesediaan Nabi Ibrahim AS mengorbankan anak tunggalnya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT.
Ritual ini menandai Hari Raya Idul Adha, yang dirayakan kaum Muslimin di seluruh dunia.
Mereka kemudian menuju Mina untuk melakukan jumrah, yakni ritual melempar batu kepada Setan. Ritual ini pada waktu sebelumnya telah banyak memakan korban akibat para jemaah saling berdesakan dan jatuh terinjak-injak jemaah lainnya.
Pihak berwenang telah membangun jembatan tiga susun di lokasi itu demi menghindari jemaah saling berdesakan. Akibat terinjak saat berdesakan, ratusan jemaah tewas, yakni 364 orang pada 2006, 251 orang pada 2004 dan 1.426 jemaah pada 1990.
Sebegitu jauh "tak terjadi kecelakaan", kata Pangeran Khaled Al-Faisal Bin Abdul Aziz, Gubernur Mekkah, seperti dilaporkan AFP.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi telah mengerahkan 100.000 petugas untuk menjamin keamanan dalam musim haji tahun ini dan Kementerian Kesehatan menurunkan 11.000 petugas medis dan paramedik serta mendirikan 140 pos pertolongan pertama dan membuka 24 rumah sakit lapangan dengan kapasitas 4.000 ranjang. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008