Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Bangladesh menawarkan sejumlah kemudahan investasi ke pengusaha Indonesia lewat acara presentasi bisnis "Meet Bangladesh" yang diadakan di Jakarta, Kamis.
Sejumlah kemudahan investasi yang ditawarkan, di antaranya termasuk pembebasan pajak (tax holiday), izin tinggal tetap (permanent resident permit) untuk nilai investasi US$75.000, status kewarganegaraan untuk nilai investasi US$500.000, dan insentif pajak selama satu sampai tujuh tahun.
Ragam kemudahan itu, menurut Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Mayor Jenderal Azmal Kabir, ditujukan untuk meningkatkan nilai investasi asing, khususnya dari Indonesia ke negara di Asia Selatan itu.
"Saya mengundang Anda semua untuk datang ke Bangladesh dan memanfaatkan berbagai kemudahan investasi di negara kami," kata Dubes Kabir saat menutup sesi presentasinya.
Dalam sesi presentasi pada Kamis siang itu, Dubes Kabir memperkenalkan sejumlah sektor investasi unggulan Bangladesh, di antaranya agribisnis; garmen dan tekstil; sektor informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT); kerajinan kulit; kelistrikan; industri plastik dan keramik.
Sementara itu, Bangladesh juga menawarkan kerja sama investasi untuk sejumlah mega proyek, antara lain pembangunan Jembatan Padma di wilayah tenggara; pelabuhan di Sonadia, Cox's Bazaar; pembangunan rel kereta dalam kota (Metro Rail Project) di Dhaka; pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas 1.000 Megawatt (MW) di Roopur; dan pembangkit listrik tenaga uap batu bara dengan kapasitas 1.320 MW di Rampal.
Dalam acara itu, salah satu pengusaha asal Indonesia, Teddy Wijaya, mengatakan Bangladesh salah satu negara di Asia Selatan yang kurang dilirik oleh investor asal Indonesia sehingga banyak peluang investasi yang dapat dimanfaatkan.
"Saya pribadi tertarik dengan sektor agribisnis di Bangladesh, khususnya produksi lada di sana yang cukup melimpah," kata Teddy Wijaya, eksportir lada yang menjabat sebagai direktur PT Putrabali Adyamulia.
Sejak 2018, Indonesia dan Bangladesh telah memulai perundingan kerja sama dagang (preferential trade agreement) untuk barang (trade in goods). Perundingan pertama berlangsung pada 27 Februari 2019 di Dhaka, dilanjutkan dengan negosiasi kedua pada 22-23 Juli 2019 di Bali.
Perundingan ketiga antarpihak akan kembali berlangsung di Dhaka pada pertengahan Januari 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2018 nilai total perdagangan dua negara mencapai US$1,97 miliar. Dari jumlah itu, Indonesia surplus sebanyak US$ 1,79 miliar.
Baca juga: Bangladesh ingin mempererat kerja sama migas dengan Indonesia
Baca juga: Indonesia-Bangladesh sepakati substansi teks perjanjian perdagangan
Baca juga: Menggali peluang investasi Indonesia di Bangladesh
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020