Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Universitas Indonesia Dr Darwin Zahedy Saleh berpendapat, krisis keuangan global yang kini berdampak pada PHK ribuan pekerja memerlukan serangkaian kebijakan fiskal maupun moneter yang suportif bagi dunia usaha. "Tanpa gangguan krisis global belakangan ini, perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia, sebenarnya sudah terkena gejala deindustrialisasi akibat desakan produk-produk murah Cina," katanya di Jakarta, Jumat. Karena itu, ia menambahkan, kebijakan fiskal berupa pelonggaran perpajakan, penangguhan bea masuk untuk proses produksi yang berorientasi ekspor di satu pihak, dan hambatan non tarif bagi bahan baku atau jadi yang mematikan produksi dalam negeri yang beroerientasi ke pasar domestik harus disegerakan. Selain itu, di samping penurunan BI Rate, menurut Darwin, kebijakan moneter itu perlu disusul pula dengan pelonggaran kriteria klasifikasi perkreditan agar perbankan lebih realistis dan agresif memberikan kredit kepada unit-unit usaha yang memang masih punya prospek penjualan. "Kelesuan pasar tujuan ekspor utama Indonesia seperti AS, Jepang dan Uni Eropa, dimana ketiganya mempunyai sekitar 40 persen pangsa pasar ekspor, tidak perlu membuat kita terpaku pada kelesuan yang kini melanda dunia," ujarnya. Lebih lanjut Darwin mengatakan bahwa tren penurunan inflasi, harga minyak dan harga pangan di satu pihak dan realisasi atas rencana peningkatan gaji pegawai negeri, khususnya guru disisi lain, merupakan peluang bagi bangkitnya kekuatan permintaan domestik. Menurut Darwin, pemerintah tidak perlu ikut-ikutan lesu dan terlalu berhati-hati untuk memelopori bangkitnya kekuatan permintaan domestik pada saat keadaan tekanan inflasi yang mulai mereda, NPL perbankan relatif rendah (1,4 persen) serta utilisasi kapasitas produktif yang masih belum optimal (72 persen).(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008