Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi,melemah, namun posisinya masih di bawah angka Rp12.000 per dolar AS, setelah mengalami kenaikan akibat membaiknya laju inflasi Nopember 2008 yang mencapai 0,12 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp11.850/11.950 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.775/11.850 atau melemah 75 poin. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Jumat, mengatakan turunnya rupiah karena spekulasi pasar masih tetap terjadi, karena eksportir yang menjual produknya ke pasar ekspor tidak segera menukar dolarnya ke rupiah. Akibatnya kebutuhan dolar AS di pasar domestik tetap tinggi dan kurang diimbangi oleh stok yang ada, katanya. Selain itu, menurut dia, pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang melambat merupakan faktor bagi eksportir maupun individu untuk tetap memiliki dolar AS. "Masyarakat Indonesia cenderung lebih suka memegang dolar ketimbang rupiah pada kondisi seperti ini," katanya. Apalagi, lanjut dia, banyak ibu rumah tangga yang juga membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya di luar negeri, namun kondisi seperti diperkirakan hanya sesaat saja. "Kami optimis rupiah masih dapat menguat lagi dan tetap berada dibawah angka Rp12.000 per dolar AS," ucapnya. Ia mengatakan, pemerintah juga harus memperkuat pasar uang domestik agar spekulasi terhadap dolar AS tidak tinggi, bahkan melakukan pengawasan ketat terhadap bank-bank asing yang bermain valas. Apabila semua ini dapat dilakukan maka mata uang Indonesia berpeluang untuk kembali menguat dan menjauhi level Rp12.000 per dolar AS, ucapnya. Posisi rupiah di level itu sebenarnya cukup bagus, karena untuk bisa kembali di angka Rp10.000 per dolar, kemungkinan berat, karena bukan zamannya untuk kembali ke arah sana. Rupiah saat ini sedang mencari titik equilibirium baru pada level sebenarnya, ujarnya.

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008