Jambi (ANTARA News) - Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin menyatakan, sekitar 7.000 karyawan/pekerja di sejumlah perusahaan di daerah itu terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat krisis ekonomi global yang saat ini masih berlangsung. "Namun jika dibanding pada 2005 akibat kebijakan pemberantasan penebangan liar membuat industri kayu sebagian besar tutup, sedikitnya 1.320 pekerja menjadi korban PHK," katanya kepada wartawan setelah membuka Seminar Krisis Ekonomi Global yang diselenggarakan Bank Indonesia-Badan Pusat Statistik (BPS) Jambi, Kamis. Ancaman ribuan PHK di Jambi mulai terlihat atau sampai Oktober 2008 tercatat sebanyak 775 pekerja di sejumlah perusahaan di Jambi terkena PHK. "Memang dilematis bagi perusahaan jika mempertahankan karyawannya dalam kondisi sekarang ini. Pemprov Jambi sedang berupaya mencari solusi dengan membuka lapangan usaha baru mengembangkan usaha-usaha ekonomi kerakyatan," katanya. Akibat krisis itu juga membuat inflasi di Jambi yakni pada Januari-November 2008 mencapai 11,67 persen atau meningkat 6,9 persen dibanding inflasi periode yang sama pada 2007. Krisis ekonomi global sebagai dampak krisis keuangan Amerika Serikat yang mempengaruhi perekonomian nasional, termasuk Jambi terlihat dari penurunan harga komoditi ekspor unggulan seperti minyak mentah kelapa sawit (CPO), karet, dan bubur kertas (Pulp). Akibat itu, kata Zulkifli, mempengaruhi kinerja dunia usaha yang akhirnya terimbas terhadap penyediaan lapangan kerja. Harga komoditi perkebunan juga mengalami fluktuasi, karena pemasarannya masih dalam bentuk produk primer. Misalnya harga karet di tingkat petani sebelum krisis senilai Rp12.000 per kilogram menjadi menurun. Hingga minggu pertama November 2008 harga komoditi itu di tingkat petani rata-rata Rp6.000 sampai Rp7.000 per kilogram, petani paling merasakan dampak krisis itu, sebab harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit anjlok dari Rp1.210 per kilogram pada minggu pertama November 2008 menjadi Rp809 per kilogram. Bahkan pada awal Oktober 2008 sempat harga TBS di tingkat petani Rp300 per kilogram, katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008