Fallujah, Irak, (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 15 orang tewas dan 147 lain cedera, termasuk banyak anak sekolah, dalam dua serangan bom mobil bunuh diri Kamis di Fallujah, bekas benteng pemberontak, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Sebelumnya, seorang pejabat kementerian pertahanan mengatakan, sedikitnya 10 orang, termasuk wanita, tewas dalam pemboman itu, yang katanya ditujukan pada pos-pos polisi Irak.

Anak-anak itu cedera ketika sebuah sekolah di dekat salah satu pos itu roboh setelah ledakan tersebut, kata pejabat kementerian dalam negeri.

Polisi termasuk diantara mereka yang cedera dalam ledakan-ledakan serentak itu, yang merusak pos-pos polisi di Fallujah barat dan timur, kata pejabat kementerian pertahanan.

Seorang wartawan AFP mengatakan, beberapa mayat tergeletak di jalan. Jam malam segera diberlakukan di kedua distrik itu setelah pemboman tersebut.

Perwira polisi Omar Mohammed mengatakan, "Kantor polisi Al-Golan hancur sepenuhnya oleh ledakan truk yang dikemudikan oleh seorang penyerang bom bunuh diri, yang menerobos rintangan polisi dan meledak di kantor polisi itu."

Seorang pejabat keamanan mengatakan, dua serangan terhadap kantor polisi di daerah barat Golan dan daerah timur Shurta terjadi "pada waktu yang hampir bersamaan sekitar pukul 08.00 GMT" (pukul 15.00 WIB).

Fallujah, 50 kilometer dari Baghdad, merupakan salah satu kota utama di provinsi Anbar, Irak barat, yang menjadi pusat pemberontakan yang dipimpin Sunni terhadap pasukan AS pada bulan-bulan setelah invasi Maret 2003.

Kota itu porak-poranda pada 2004 dalam salah satu serangan terbesar yang diluncurkan oleh pasukan Amerika setelah gerilyawan Sunni membunuh empat aparat keamanan swasta AS dan mereka dibiarkan tergantung di sebuah jembatan.

Pada September, AS menyerahkan kendali atas Anbar kepada pasukan Irak setelah keamanan membaik. Peningkatan keamanan itu telah memungkinkan tercapainya perjanjian keamanan AS-Irak, yang menetapkan bahwa pasukan Amerika akan ditarik dari kota-kota Irak pada akhir Juni 2009 dan dari wilayah lain negara itu pada akhir 2011.

Perjanjian tersebut mulai berlaku pada awal 2009 setelah mandat Dewan Keamanan PBB saat ini berakhir.

Meski demikian, terjadi peningkatan kekerasan dalam beberapa pekan terakhir ini.

Angka yang dikeluarkan kementerian-kementerian dalam negeri, kesehatan dan pertahanan Irak mengatakan, 340 orang tewas pada November, atau naik dari 317 pada Oktober. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008