Saat diumumkan adanya ancaman bom, Gus Dur yang berkantor di lantai satu gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat sedang berbincang-bincang dengan beberapa stafnya.
Dengan tergopoh-gopoh seorang pengawal mengajak Gus Dur untuk meninggalkan ruangan, namun Gus Dur tidak bersedia, bahkan kemudian memilih memejamkan mata.
"Kata bapak (Gus Dur) biarkan saja. Habis itu bapak tidur," kata Bambang Susanto, salah satu orang yang sebelumnya terlibat perbincangan dengan Gus Dur.
Suasana tegang di gedung PBNU sudah berangsur-angsur hilang. Sebagian penghuni gedung berlantai delapan itu telah kembali masuk ke kantor mereka, sementara sebagian yang lain memilih bercengkerama di halaman gedung.
Namun sekitar pukul 15.40 WIB petugas Gegana Polda Metro Jaya datang untuk melakukan penyisiran, sehingga seluruh penghuni gedung diminta kembali keluar gedung.
Lagi-lagi, menurut informasi terakhir dari stafnya, Gus Dur tetap menolak diminta keluar oleh petugas kepolisian.
Ancaman bom terhadap gedung PBNU diterima staf Lembaga Pelayanan Kesehatan (LPK) NU, Lina, sekitar pukul 13.00 WIB, bukan pukul 14.00 WIB seperti diberitakan sebelumnya. Penelepon seorang laki-laki.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008