Kasus antraks ini memang sangat berdampak pada pedagang daging sapi atau kambing. Kami hanya bisa pasrah

Gunung Kidul (ANTARA) - Pedagang daging di Pasar Argosari Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan anjloknya permintaan daging sapi dan kambing pascamerebaknya kasus antraks di wilayah itu.

Pedagang daging kambing di Pasar Argosari Wonosari Rubiyanti di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan sejak seminggu terakhir, permintaan daging kambing anjlok.

Baca juga: Hewan ternak harus divaksin antraks supaya tidak menular pada manusia


"Biasanya dalam satu minggu, saya bisa menyembelih lima hingga enam ekor kambing. Tapi sejak kasus antraks ramai menjadi perbincangan masyarakat, permintaan turun drastis. Seminggu ini saya hanya menyembelih satu ekor," kata Rubiyanti.

Ia mengatakan harga daging kambing tidak berubah, yakni Rp120 ribu per kilogram untuk kualitas premium. Pembeli biasanya pedagang sate dan rumah makan.

Baca juga: Gunung Kidul larang hewan ternak keluar dari 2 desa endemik Antraks


Ia menjamin kualitas daging kambing yang dijualnya bagus dan terjaga karena yang menyembelih keluarganya.

"Kambing yang disembelih sehat, dan kualitas daging kambing juga bagus," katanya.

Hal yang sama diungkapkan pedagang daging sapi Pasar Argosari Waginem. Sebelum ada kasus antraks, dalam sehari bisa menjual lebih dari 25 kilogram, kalau sekarang tidak lebih dari lima kilogram.

Dirinya bersama empat orang pedagang lainnya menyembelih sapi sehat. Nantinya daging dibagi dan dijual ke pedagang yang lain.

Saat ini harga daging sapi Rp125 ribu sampai Rp130 ribu per kilogram. Ia menjamin kesehatan daging yang dijualnya.

Baca juga: Kemenkes RI: Silakan ke Gunung Kidul makan sate tanpa khawatir antraks


"Kasus antraks ini memang sangat berdampak pada pedagang daging sapi atau kambing. Kami hanya bisa pasrah," katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan pemkab mengintensifkan kampanye makan daging sehat di mana saja dan kapan saja, baik saat bertemu dengan ASN dan masyarakat.

Ia juga mengaku dirinya diri makan di warung penjual olahan daging yang ada di wilayah ini. Namun demikian, ia mengimbau masyarakat tidak mengkonsumsi daging yang berasal dari ternak yang sakit atau mati.

"Daging di Gunung Kidul sehat, jangan takut mengkonsumsi daging," imbaunya.

Baca juga: Pakar UGM menduga spora antraks nyaman tumbuh di tanah kapur

Pewarta: Sutarmi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020