(ANTARA News) - Seiring krisis keuangan global yang juga mendera Inggris, koran setempat, Daily Telegraph, "menggoda" para pembacanya yang mungkin baru di-PHK, kehilangan rumah, usaha, atau berperkara. Banyak orang sulit di benaknya membayangkan cara untuk melupakan segalanya dan memulai lagi semuanya dari awal. "Tentunya ada jalan - dan yang ini sudah teruji 180 tahun, Lagi pula sangat romantis. Namanya adalah Legion Etrangere atau Legiun Asing Prancis ," tulis Neil Teedie dari Telegraph.Legiun pasukan elit ini menerima anggotanya dari seluruh dunia (hanya laki-laki). Satuan legendaris itu dibentuk tahun 1831 oleh Louis Philippe untuk menegakkan hukum Prancis di Aljazair yang ketika itu baru dikuasai.Pasukan ini berkembang menjadi sarana untuk mendapatkan identitas baru dan terkenal sebagai tempat berlindung bagi para pembunuh, tukang coleng, dan buronan. Para calon anggota tidak banyak ditanyai tentang masa lalunya. Jadilah pasukan itu tempat bertimbun sampah masyarakat. Seiring waktu dan berkembangnya legenda-legenda, Holywood pun turut campur. Lahirlah kisah tentang pemuda yang mendaftar karena ingin melarikan diri dari perih asmara.Fakta di lapangan tentu saja tidak persis seperti itu. Legiun Asing beranggotakan 7.700 orang dan bisa dikirim ke seluruh penjuru dunia serta masih terjun dalam berbagai gejolak di Afrika. Perwiranya adalah warga Prancis namun prajurit kebanyakan bukan berasal dari negara tersebut.Rekrutmen pun kini tidak lagi seperti dulu. Orang yang kabur dari masa lalunya tidak bisa begitu saja mendaftar. Mereka kini harus memberi keterangan rinci tentang latar belakang yang kemudian dicek ke Interpol."Kami tidak lagi menerima orang yang punya masalah pidana serius, pembunuh atau pemerkosa," kata Kapten Samir Benykrelef. "Jadi kerja kami lebih gampang."Sedikit romantika yan mungkin tersisa adalah kewajiban bagi semua calon anggota baru untuk berganti nama. Alasannya, sebagian besar dari mereka memang ingin punya identitas baru, jadi lebih nyaman jika sekalian saja semuanya punya nama baru. Mereka yang ingin kembali ke nama asli boleh mengajukan hal itu setelah satu tahun bergabung.Mereka yang beruntung hingga bisa bergabung, selanjutnya akan melewati saat-saat keras. Sebelum berhak memakai "kepis blanc", topi putih kebanggaan Legiun, para calon anggota harus lulus latihan yang keras dengan ditinju dan ditendangi. Mereka pun wajib berbahasa Prancis - bahkan kalau tidak bisa berbahasa Prancis. Mengumpat pun harus pakai bahasa Prancis.Gaji bulanan yang diterima adalah sekitar 1000 pound (sekitar Rp18,5 juta) tiap bulan. Kalau tentara Prancis pada beberapa peristiwa menyerah kepada musuh, maka Legiun Asing dianjurkan untuk bertempur hingga gugur.Kalau ada yang bisa disebut kabar baik, pasukan itu punya kebun anggur di Provence. Tempat itu jadi ajang tetap untuk kumpul-kumpul antar anggota.Jika masa tugas sudah tiga tahun (dan masih hidup, tentu), anggota Legiun bisa mengajukan diri untuk mendapatkan kewarganegaraan Prancis. Ada cara yang lebih cepat supaya tidak menunggu tiga tahun, tapi syaratnya harus cedera di pertempuran. Kesempatan ini bernama "Français par le sang verse´" (Menjadi warga Prancis karena telah menumpahkan darah).Ada 140 bangsa di Legiun yang punya semboyan Legio Patria Nostra (Legiun adalah tanah air kami) itu. Sebelumnya, warga Jerman adalah anggota terbanyak, padahal Legiun bertempur melawan Jerman dalam dua perang dunia. Kini anggota baru banyak datang dari Eropa timur dan Amerika Latin. Warga Inggris juga ada namun belum lama ini terkuak fakta memalukan bahwa para calon dari Inggris tidak lulus tes kesehatan.Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa anggota merasa Legiun itu makin "lembek" dan "kemayu" karena anggota baru kini kebanyakan berasal dari kelas menengah."Para anggota baru kami panggil Generasi 'PlayStation' karena mereka lembut sekali. Mereka asalnya adalah lelaki yang kabur dari kewajiban menanggung tunjangan cerai, dan dari kalangan sarjana," keluh Kopral Buys Francois, (43) "legionnaire" Afrika Selatan yang sudah 11 tahun bergabung. (*)
Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008