"Kalau kita lihat memang provinsi di wilayah timur Indonesia itu pekerjaan rumahnya lebih berat," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan saat ini masih banyak provinsi yang angka stuntingnya di atas rata-rata nasional bahkan di atas 40 persen.
Hal itu bisa saja disebabkan oleh ketimpangan kesejahteraan, akses layanan kesehatan yang masih kurang dan lain sebagainya. Berbagai aspek itu harus segera diselesaikan pemerintah agar sumber daya manusia Indonesia lebih baik lagi.
"Di wilayah barat yang relatif agak kurang adalah daerah istimewa Aceh. Itu angkanya masih kurang menggembirakan," kata Guru Besar bidang Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB tersebut.
Sementara untuk Pulau Jawa angka gizi buruk dan stunting relatif jauh lebih baik dari daerah-daerah lainnya.
Secara umum ia mengatakan problem stunting masih dihadapi sepertiga dari anak-anak balita di Indonesia. Kemudian gizi kurang atau gizi buruk mungkin berkisar antara 15 sampai 20 pesen. Apalagi ditambah angka stunting Indonesia masih 30,8 persen tentunya butuh kerja keras menanganinya.
"Jadi kalau kita melihat angka 30,8 persen stunting tentu itu masih merupakan hal berat yang harus diatasi," katanya.
Dunia internasional melalui World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia telah menetapkan batasan maksimal angka stunting yaitu 20 persen. Di lain sisi Indonesia sudah menyentuh angka 30 persen.
Belum lagi angka anemia pada ibu hamil di Indonesia masih di atas 40 persen dan termasuk kategori tinggi.
Ia berharap berbagai program yang telah dilakukan oleh pemerintah mampu menurunkan angka stunting tadi menjadi 19 persen pada 2023 dan 2024.
"Semua persoalan itu harus segera diselesaikan karena anemia dan stunting kaitannya dengan sumber daya manusia kita," ujar dia.
Baca juga: Ahli: Kesadaran generasi milenial terhadap gizi masih rendah
Baca juga: Ahli: Peringatan Hari Gizi momentum mempersiapkan generasi Indonesia
Baca juga: Askrindo dukung pengentasan stunting dan gizi buruk di Baduy
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020