Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajukan metode bioteknologi untuk menstabilkan bagian lereng yang rentan longsor dalam upaya mitigasi tanah longsor.
"Yang kita ajukan di sini adalah metode soil bioengineering, yaitu secara vegetatif, melalui penanaman jenis-jenis tertentu. Di mana tanaman berperan sebagai komponen struktur utamanya," kata peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Litbang dan Inovasi KLHK Dr. Budi Hadi Narendra di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, metode tersebut mencakup penutupan permukaan lereng yang terbuka dengan tanaman untuk meningkatkan kohesi atau kekokohan keterikatan unsur tanah.
Menurut dia, tutupan vegetasi pada lereng terbuka bisa menjadi konstruksi alami penstabil lereng karena akarnya dapat menyerap air dalam tanah sehingga menurunkan tegangan air pori.
Dia mencontohkan vetiver sebagai salah satu vegetasi yang bisa dimanfaatkan dalam penerapan metode bioteknologi untuk mencegah tanah longsor selain bidara laut yang memiliki akar dengan infiltrasi bagus.
Budi menjelaskan, pemilihan tanaman tutupan lereng mesti memperhatikan faktor seperti geomorfologi, distribusi akar, serta interaksi antara akar dan tanah.
"Dalam pelaksanaannya, jenis-jenis yang cenderung memiliki batang yang besar jangan ditanam di bagian atas, tapi lebih ditempatkan di lereng-lereng bawah. Sedangkan jenis dengan batang yang relatif kecil sehingga ringan bisa ditempatkan di bagian atas," katanya, menambahkan, penanaman pohon berbatang besar di bagian atas justru akan membebani lereng.
Baca juga:
Bidara laut bisa jadi opsi dalam upaya mencegah tanah longsor
Vetiver hanya dapat menahan longsor dalam jangka pendek
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020