Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyebutkan bahwa dalam waktu yang relatif singkat pandemik virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) menjadi salah satu masalah yang paling serius di tempat kerja, dan sekitar 40 juta orang usia kerja mengidap HIV.
Dari angka tersebut, ILO menengarai angkatan kerja global sudah kehilangan sekitar 28 juta pekerja akibat AIDS sejak epidemi penyakit ini pertama kali muncul 20 tahun silam.
Di Indonesia sendiri, sejak April 1987 pertama kalinya kasus positif HIV ditemukan hingga Desember 2006 sudah terdapat 1.871 orang penderita AIDS yang meninggal dunia.
"Angka kematian tertinggi akibat AIDS tercatat ada di Jakarta, Jawa Timur, dan Papua," kata Taufik Muhammad dari kantor ILO, di Jakarta, Selasa.
Bahkan sebuah prediksi menyebutkan bahwa akan ada 400.000 orang yang hidup dengan HIV positif di Indonesia pada tahun 2010, dan angka kematian mencapai sekitar 100.000 orang.
Menanggapi pandemik AIDS ini, Sofjan Wanandi Presiden Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengakui bahwa sebenarnya HIV/AIDS adalah ancaman bagi dunia usaha di Indonesia dan di dunia secara umum.
"Tapi sayangnya pengetahuan dan kesadaran dunia usaha terhadap penyakit ini masih sangat minim, selain koordinasi lintas institusi juga kurang optimal," kata Sofjan Wanandi.
"Kita harus akui bahwa kita kurang sosialisasi di perusahaan masing-masing, sementara kesadaran tentang bahaya penyakit ini juga cuma setahun sekali, ketika memperingati Hari AIDS se-Dunia saja," katanya menambahkan.
Hal senada disampaikan oleh Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Nasional Penanggulangan AIDS, "Sosialisasi kita memang masih sangat kurang. Bisa wajar kalau 20 tahun lalu kasus pertama ditemukan di Indonesia sehingga saat itu pengetahuan kita minim, tapi sekarang kondisi sudah sangat jauh berbeda dan penyakit ini bisa dicegah."
"Saya setuju dengan perkiraan bahwa sekitar 25 persen orang positif HIV di Indonesia adalah dari kalangan pekerja, karena bila dilihat dari sebaran usia pengidap maka usia terbanyak adalah mereka yang berusia muda dan produktif antara belasan hingga 39 tahun," kata dia.
Nafsiah juga mengingatkan bahwa para pengusaha harus bisa membedakan status positif HIV dengan yang sudah di tahap AIDS.
"Kalau baru positif HIV, produktivitas pekerja tidak banyak terpengaruh. Mereka bisa bekerja seperti orang kebanyakan. Kalau sudah AIDS, barulah karyawan jatuh sakit dan sulit sembuh," kata dia.
Sementara itu Shinta Widjaja Kamdani, Ketua Koalisi Bisnis Indonesia untuk AIDS, mengatakan bahwa hambatan terbesar pengusaha mempraktikkan program sosialisasi HIV/AIDS di perusahaan mereka adalah soal pola pikir.
"Program sosialisasi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS belum menjadi prioritas karena perusahaan sangat berorientasi untung, selama perusahaan belum melihat penyakit penurunan daya tahan tubuh ini membawa dampak bisnis berupa penurunan keuntungan, ya isu ini belum jadi prioritas," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008