Kita bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung dan juga melibatkan masyarakat nelayan sekitar
Pangkal Pinang (ANTARA) - PT Timah Tbk menanam 3.300 terumbu karang buatan di laut Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), guna mengembalikan kelestarian lingkungan dan ekosistem laut di pulau penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia itu.
"Saat ini beberapa lokasi penanaman terumbu karang ini telah menjadi spot wisata snorkling dan diving bagi wisatawan yang dapat menunjang perekonomian masyarakat," kata Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan di Pangkal Pinang, Selasa.
Ia mengatakan penanaman 3.300 unit artificial reef atau terumbu karang buatan ini di laut Bangka merupakan wilayah operasional PT Timah Tbk sudah dilakukan beberapa tahun terakhir sebagai bentuk reklamasi laut yang dilakukan perusahaan agar ekosistem bisa tumbuh dan mendatangkan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.
Sebaran terumbu karang telah dilakukan PT Timah di antaranya di kawasan Pulau Pemain, Pantai Gunung Namak, Perairan Matras, Karang Kering Rebo, Karang Melantut, Pulau Putri, Pulau Panjang, Karang Aji, Karang Tanjung Ular, dan Tanjung Melala.
"Kita bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung dan juga melibatkan masyarakat nelayan sekitar, sehingga kegiatan reklamasi laut berjalan dengan baik," ujarnya.
Menurut dia dalam melaksanakan reklamasi laut PT Timah mengacu pada rencana reklamasi yang telah ditetapkan dan disetujui.
Sejauh ini kebehasilan dalam melakukan reklamasi laut telah menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terlihat dari Indeks Keanekaragaman jenis ikan andalan (H’) 1,412-3.232 dari standar nilai yang diharapkan H’ > 1,5.
"Beberapa kawasan yang diletakkan fish shelter sudah menjadi kawasan pemancingan dan tangkapan nelayan dan dari pemantauan tim saat ini sudah ada yang menjadi tempat cumi bertelur," katanya.
Ia menambahkan untuk fish shelter terbilang berhasil, untuk transplantasi karang ke depan harus lebih fokus, karena ada juga yang pertumbuhannya terpengaruh cuaca. Karang memiliki sensitifitas dan kondisi arus, gelombang yang berubah tentu mempengaruhi.
"Kami berharap dengan melibatkan nelayan sekitar, nantinya nelayan akan mendapatkan dampak positif dengan lokasi penangkapan ikan bagi nelayan tradisional, sehingga mereka tidak perlu ke tengah laut mencari gerombolan ikan," katanya.
Pewarta: Aprionis
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020