Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mengikuti tren penurunan bursa global dan regional, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa pagi ditutup tuun 2,61 persen.IHSG BEI sesi pagi ditutup melemah 31,900 poin menjadi 1.191,225 dan indeks LQ45 menurun 7,792 poin atau 3,29 persen ke posisi 229,239.Analisa PT Danareksa Sekuritas, dalam riset hariannya, mengungkapkan bahwa indeks BEI masih akan mengikuti tren dari bursa regional dan bursa Wall Street AS.Menurut Danareksa, bursa Wall Street kemarin terpuruk cukup dalam, dimana indeks Dow Industrial terkoreksi 7,7 persen atau 679,95 poin ke level 8.149,09.Penurunan tajam menyusul pernyataan dari NBER bahwa Amerika telah memasuki resesi bulan Desember ini dan merembet ke Eropa, pasar semakin pesimis menyikapi berita penurunan produksi dari sektor manufakturnya. Kondisi ini berlanjut ke bursa saham di kawasan Asia pada Selasa pagi ini, seperti bursa Jepang dengan indeks Nikkei 225 yang terkoreksi 4,97 persen menjadi 7.979,58, bursa Hongkong dengan Hang Sengnya yang melemah 4,94 persen ke level 13.411,96 dan indeks Straits Times di bursa Singapura yang melorot 2,07 persen posisi 1.655,18.Sedangkan dari dalam negeri masih tertekan nilai tukar rupiah yang di atas Rp12.000 per dolar AS (Rp12.250 per dolar) juga menjadi perhatian pelaku pasar saham.Kondisi inilah yang membuat telah membuat pergerakan saham di BEI selama sesi pagi ini didominasi yang turun sebanyak 115 dibanding yang naik hanya delapan, sedangkan 21 stagnan dan 313 belum aktif diperdagangkan.Beberapa saham unggulan yang memimpin indeks BEI turun diantaranya Bumi Resources yang kembali mengalami "auto rejection" (batas bawahnya) atau turunRp90 menjadi Rp850, Bank Mandiri terkoreksi Rp40 ke posisi Rp1.430, Bank BRI melorot Rp75 ke level Rp3.100, Indosat terpuruk Rp175 ke Rp4.675 dan Indofood melemah Rp50 ke harga Rp900.Perdagangan berjalan lamban, terlihat dari volume transaksi yang hanya 600,660 juta saham dengan nilai Rp563,608 miliar dari 20.142 kali transaksi. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008