Pencegahan secara luas kita harus pastikan hewan ternak itu sehat. Salah satunya dengan vaksinasi antraks seluruh hewan ternak, karena vaksin antraks ada pada hewan, tidak pada manusiaJakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan hewan ternak harus divaksinasi dengan vaksin antraks supaya penyakit itu sehingga tidak menularkannya pada manusia yang bisa menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) antraks.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan di Jakarta, Senin, agar kejadian penyakit antraks pada manusia tidak terulang lagi di kemudian hari maka seluruh hewan ternak harus divaksinasi penyakit antraks sehingga tidak terjangkit penyakit tersebut.
"Pencegahan secara luas kita harus pastikan hewan ternak itu sehat. Salah satunya dengan vaksinasi antraks seluruh hewan ternak, karena vaksin antraks ada pada hewan, tidak pada manusia," kata Nadia.
Berdasarkan data Kemenkes, kejadian kasus antraks yang terjadi beberapa waktu lalu yaitu Desember 2019 di Kabupaten Gunung Kidul DIY juga pernah terjadi di daerah yang sama pada Juni 2019.
Nadia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak memotong hewan yang sakit dan membagikan dagingnya ke warga lain. Hal tersebut berpotensi menularkan penyakit antraks melalui daging hewan yang sakit.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Surveilans Kemenkes drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes menjelaskan ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit antraks.
Ciri khusus yang paling terlihat adalah hewan tersebut mengeluarkan cairan berwarna kehitaman yang merupakan darah dari berbagai lubang di tubuhnya. Hewan yang terjangkit antraks biasanya menunjukkan gejala dengan ciri khas tersebut dan mati mendadak di hari yang sama.
Ia menjelaskan tata laksana pada hewan yang mati karena antraks harus dikubur dengan kedalaman minimal dua meter. Setelah itu di atasnya diberikan desinfektan atau kapur, atau bahkan disemen. Tempat menimbun hewan yang mati karena antraks tidak boleh dibongkar lagi karena bisa menyebabkan spora kuman antraks kembali ke permukaan dan menulari hewan serta manusia.
Bakteri antraks yaitu "bacillus antrhacis" membentuk spora ketika berada di luar tubuh hewan dan manusia. Spora yang jumlahnya jutaan tersebut melindungi bakteri saat berada di lingkungan luar dan bisa membuatnya bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah, di air, atau menempel di rumput dan daun-daunan yang menjadi pakan ternak.
Siti Nadia Tarmizi menambahkan secara historis wilayah Yogyakarta pernah terjadi kasus KLB antraks pada hewan di zaman dahulu. Sehingga kuat dugaan bahwa spora bakteri antraks yang terkubur di dalam tanah bisa kembali ke permukaan apabila lahannya digarap oleh penduduk.
Baca juga: Kemenkes RI: Silakan ke Gunung Kidul makan sate tanpa khawatir antraks
Baca juga: Dinkes: Kondisi 27 pasien positif antraks di Gunung Kidul membaik
Baca juga: Gunung Kidul larang hewan ternak keluar dari 2 desa endemik Antraks
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020