New York (ANTARA News) - Saham-saham Wall Street jatuh pada Senin waktu setempat, mengambil kembali sebagian besar kenaikan mereka pekan lalu, di tengah berita-beruta ekonomi suram dari seluruh dunia, termasuk konfirmasi sebuah resesi di Amerika Serikat (AS). Indeks Dow Jones Industrial Average turun tajam 679,95 poin (7,70 persen) menjadi ditutup pada 8.149,09, poin penurunan tercuram keempat dalam sejarah untuk indeks blue-chip. Indeks komposit Nasdaq jatuh 137,50 poin (8,95 persen) menjadi 1.398,07 dan indeks Standard & Poor's 500 merosot 80,03 poin (8,93 persen) menjadi 816,21. Sebuah kemunduran memang sudah diperkirakan setelah terjadi "rally" pada bebera sesi pekan lalu, dengan Dow mencatat persentase kenaikan lima hari terbaik sejak 1932 sebesar 17 persen. Namun, penjualan mulai terjadi awal perdagangan dan berkembang cepat menjadi terjun bebas. Aksi pasar terjadi karena panel ekonomi yang diakui sebagai arbiter (juru pisah/wasit) dari lingkaran bisnis mengatakan AS telah memasuki resesi pada Desember 2007 berdasarkan pada ukuran pendapatan, ketenagakerjaan dan faktor-faktor lainnya. "Pasar telah turun mulai awal pekan hari ini, karena kekhawatiran resesi telah menjadi kenyataan, dan pertanyaannya berapa buruk dan berapa lama resesi akan terjadu," kata Michael Fowlkes, analis dari Investors Observer. Juga, sebuah survei sektor manufaktur, menujukkan kondisi terlemah sejak 1982. Pasar Eropa juga turun tajam, karena rally dari pekan lalu tergiling setelah berita buruk di Jerman, Perancis dan 15 negara zona euro secara keseluruhan kian memburuk dan melemahnya data dari India dan China. Jocelynn Drake dari Schaeffer's Investment Research mengatakan pasar merespon "melemahnya data ekonomi dari seluruh dunia yang memicu kekhawatiran kian memburuknya pelambatan ekonomi." Data terbaru yang dirilis pada Senin, menunjukkan penjualn ritel Jerman turun 1,6 persen pada Oktober dari bulan sebelumnya, sementara di Perancis indeks aktivitas manufaktur turun menjadi 37,3 pada November, terburuk selama ini. Di China, aktivitas manufaktur mencapai posisi terendah dalam tiga tahun pada November, menggarisbawahi kejatuhan dari krisis finansial global di pasar-pasar sedang tumbuh (emerging markets). Sementara ekspor India pada Oktober turun 12 persen dari setahun lalu, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, terpukul merosotnya permintaan dari pasar utamanya di AS dan Eropa. Augustine Faucher dari Moody's Economy.com mengatakan konfirmasi resesi AS oleh Biro Nasional Riset Ekonomi (National Bureau of Economic Research) hanya menambah kesuraman. "Pertanyaan terpenting sekarang, kapan resesi akan berakhir dan sebera kuat itu terjadi," kata dia. "Moody's Economy.com memperkirakan penurunan saat ini berakhir pada paruh pertama 2009 dan menjadi yang terburuk pasca era Perang Duni II. Sekalipun ada paket stimulus, angka pengangguran kemungkinan mencapai puncaknya 9,0 persen awal 2010." Pasar obligasi mencatat rekor karena para investor menjadikannya sebagai tempat yang aman. Imbal hasil (yield) obligasi negara AS bertenor 10 tahun turun menjadi 2,719 persen dari 2,957 persen pada Jumat dan obligasi negara bertenor 30 tahun jatuh menjadi 3,236 persen terhadap 3,487 persen. Harga dan yield obligasi bergerak berlawanan arah. Di antara saham-saham yang jadi fokus, Alcoa turun 13,48 persen menjadi 9,31 dolar dan ExxonMobil turun 7,29 persen menjadi 74,31 dolar di tengah kekhawatiran turunnya harga komoditas. Citigroup jatuh 22 persen menjadi 6,45 dolar, Bank of America turun 20,9 persen menjadi 12,85 dolar dan JPMorgan Chase turun 17,5 persen menjadi 26,12 dolar AS, demikian lapor AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008