Bangkok (ANTARA News) - Diperkirakan 350.000 penumpang tidak dapat terbang keluar dari Thailand sejak pengunjuk rasa anti-pemerintah menutup dua bandara di Bangkok pekan lalu, seorang pejabat senior pariwisata mengatakan Senin. Bandara internasional Suvarnabhumi telah ditutup sejak Selasa lalu ketika pengunjuk rasa mengepungnya dalam upaya mereka untuk menjatuhkan perdana menteri, dan satu hari kemudian mereka menyerang bandara domestik Don Mueang yang lebih kecil. "Sekitar 350.000 penumpang masih terdampar di Thailand sejak penutupan bandara itu," Sasithara Pichaichannarong, sekretaris tetap kementerian pariwisata, mengatakan. Jumlah itu mencakup warga Thailand yang telah memesan tiket penerbangan ke luar kerajaan itu. Ia mengatakan bahwa kementerian pariwisata Selasa akan minta kabinet untuk memberi mereka satu miliar baht (28 juta dolar) untuk membiayai upaya pemulangan bagi orang asing yang terdampar, dan untuk memulangkan warga Thailand yang tertahan di luar negeri. "Kami sekarang ini hanya menerima anggaran 10 juta baht untuk operasi itu, yang tentu saja tidak cukup," katanya. Sekitar 10.000 warga Thailand diperkirakan akan tetap tinggal di luar negeri akibat penutupan bandara itu, seorang pejabat kementerian luar negeri. Wisatawan berebut untuk meninggalkan Thailand melalui bandara U-Tapao era Vietnam yang kecil di tenggara Bangkok, tempat antrian mengular di sekeliling terminal dasar dan ribuan penumpang berdesakan untuk mendapatkan bagasi mereka melalui satu skaner. Beberapa wisatawan juga terbang keluar dari bandara provinsi yang mencakup Phuket dan Chiang Mai. Perancis, Spanyol dan Australia telah mengirim penerbangan khusus untuk mengevakuasi warga yang putusasa yang tertahan di Thailand. Pemerintah telah memperingatkan bahwa pengepungan sepekan lamanya terhadap bandara itu akan menghancurkan industri pariwisata, dengan satu menteri mengatakan satu juta pekerjaan dapat hilang tahun depan dan kedatangan bisa menurun separuhnya, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008