Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta jajaran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara untuk terus memelihara kesiagaan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan dalam negeri berkaca dari peristiwa di Mumbai India dan ketegangan politik di Thailand.
"Aparat Kepolisian, Intelejen dan TNI harus mampu menjaga keamanan dan bisa bergerak cepat bila terjadi gangguan keamanan," tegas Presiden dalam keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta, Senin.
Ditambahkannya, kecepatan bergerak dalam mengatasi gangguan keamanan harus terus dipelihara dan setiap tindakan yang diambil sesuai dengan Undang-Undang dan hukum yang berlaku.
Untuk menciptakan kondisi kesiapsiagaan itu, Kepala Negara memerintahkan jajaran Kepolisian, Intelejen dan TNI untuk melakukan latihan sehingga kesiagaan dan keterampilan tetap terpelihara.
"Kepolisian, Intelejen dan TNI agar melakukan exercise untuk mengasah kesiagaan dan keterampilan dalam rangka pencegahan gangguan keamanan dan aksi terorisme," tegasnya.
Serangan teroris terjadi pada Rabu (26/11) malam terjadi di Kota Mumbai dengan sejumlah sasaran.
Pejabat bencana Mumbai R Jadhav mengatakan bahwa 194 orang telah tewas dan hampir 300 orang terluka dalam serangan itu, yang mulai terjadi ketika sebanyak 12 gerilyawan berpencar menjadi sejumlah kelompok untuk menyerang banyak sasaran di kota itu, termasuk stasiun penting kereta api dan satu rumah sakit.
Orang asing yang tewas mencakup seluruhnya sembilan orang Israel, lima warga Amerika, dua warga Perancis, dua Australia, dua Kanada, satu Jerman, satu Jepang, satu Siprus Inggris, satu Italia, satu Singapura, satu Thailand dan satu warga Mauritius.
Sekitar 15 personil keamanan tewas, termasuk kepala regu anti-teror Mumbai, yang telah dikremasi dengan kehormatan penuh Sabtu di sebuah pemakaman yang dihadiri ribuan orang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008