Makkah (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) akan membagikan makan ke seluruh anggota jamaah haji tiga hari sebelum dan sesudah Wukuf di Arafah menyusul kesepakatan antara Ketua Teknis Urusan Haji (TUH), Nursamad Kamba dan pihak muasasah, yang dituangkan dalam bentuk kontrak di Jeddah, Ahad.

Pembagian makan dengan memperhatikan citra rasa Indonesia itu merupakan kebijakan baru Departemen Agama (Depag), sehingga jamaah haji Indonesia tak perlu khawatir akan kekurangan makan ketika melaksanakan ibadahnya, kata Penanggung Jawab dan Pengawas Katering di Arab Saudi, Afief Ubaidillah, di Makkah, Ahad.

Dijelaskan, pembagian makan dilakukan sebelum Arafah pada 5, 6 dan 7 Zulhijah. Setiap hari dua box (kotak) makan untuk siang dan malam. Pemberian makan ini seperti juga dilakukan di Madinah bagi jamaah Indonesia. Kemudian tiga hari setelah Wukuf pada 14, 15 dan 16 Zulhijah masing-masing setiap hari dua box.

Alasan pemerintah mengambil kebijakan seperti itu karena tempat tinggal atau pemondokan jamaah jauh. Dengan adanya pemberian makan seperti itu diharapkan jamaah haji dapat beristirahat penuh sebelum wukuf dan tiga hari setelah menunaikan ibadah haji, ungkap Afief.

Ia juga menjelaskan rencana pembagian makanan selama jamaah Indonesia berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Ada 70 maktab jamaah Indonesia. Maktab pertama hingga 32, perusahaan kateringnya dipilih oleh pemerintah Indonesia. Di sini setiap maktab terdiri sekitar 3000 orang.

Sedangkan, maktab 33 hingga 70, perusahaan kateringnya berasal dari muasasah. Setiap maktab di sini dihuni 2500 orang, katanya.

Ada kewajiban dari perusahaan katering yang dipilih pemerintah Indonesia membangun atau menyiapkan delapan buffe. Sedangkan katering dari muasasah harus menyiapkan tujuh buffe. Nanti memang ada sistem antrian, seperti halnya tahun lalu. Antrian diatur oleh para ketua rombongan. Dalam satu rombongan 45 orang.

Untuk pengaturan makan seperti ini sudah disosialisasikan kepada para ketua kelompok terbang (kloter). "Sistemnya tetap, perasmanan terkendali. Walaupun nanti ada perasmanan bebas yang dikelola pihak pemerintah," katanya lagi.

Tak ada perubahan dalam sistem pembagian makan di Armina, katanya. Kalaupun ada perubahan hanya sedikit, yaitu dalam bidang pengawasan. Jika pada tahun lalu satu koordinator membawahi 8 maktab, untuk musim haji 1429 H ini satu koordinator membawahi lima maktab. Tujuannya agar lebih efektif dalam pelaksanaan di lapangan.

Setiap dapur, dalam pengaturan katering itu, akan diawasi dua orang petugas yang akan memantau seluruh kegiatan memasak. Dari awal kecukupan bahan makanan, jadwal atau memulainya memasak dan penyajian makanan, katanya.

Pada musim haji 1429 H ini pula pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dalam persoalan katering, yaitu berupa makanan tambahan berupa makan siap saji dalam bentuk kotak yang diberikan kepada setiap anggota jamaah.

Pemberian makanan siap saji, antara lain berupa jus, biskuit dan air putih tersebut dilakukan ketika jamaah Indonesia melakukan perjalanan dari Makkah ke Arafah (tanggal 8 Zulhijah). Perjalanan dari Arafah - Muzdalifah (9 Zulhijah), dan perjalanan dari Mina menuju Makkah (tanggal 12/13 Zulhijah).

Seluruh menu akan seragam dan cukup untuk jamaah haji. Karena itu ia mengimbau agar anggota jamaah haji tak merasa khawatir jika datang belakangan akan kehabisan makanan. Jamaah haji juga diminta tak menyimpan makanan terlalu lama yang dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

"Persediaan makanan cukup," tegas Afief.

Sebagai contoh agar makanan cukup, ia mengatakan, setiap yang jumlahnya mencapai 3000 orang, menurut ukuran cukup dengan memasak nasi lima karung beras. Namun pihaknya minta perusahaan katering masak 7 karung. Demikian juga untuk masak telor yang menurut standar 4.500 butir harus dimasak dalam jumlah lebih banyak.

"Jadi, jangan khawatir tak kebagian makan di Arafah," kata Afief lagi.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008