Jakarta (ANTARA) - Para ilmuwan telah berhasil mengombinasikan kecerdasan buatan dan biologi untuk menghasilkan robot hidup pertama di dunia.
Menulis di the Proceedings of the National Academy of Sciences, tim peneliti robotika dan ilmuwan menerbitkan resep mereka untuk membuat bentuk kehidupan baru yang disebut xenobot dari sel induk.
Istilah "xeno" berasal dari sel katak (Xenopus laevis) yang digunakan untuk membuatnya, mengutip laporan Wired, Senin.
Salah satu peneliti menggambarkan penciptaan itu sebagai "bukan robot tradisional atau spesies hewan yang dikenal", tetapi "kelas artefak baru: organisme hidup, yang dapat diprogram".
Panjang Xenobots kurang dari 1mm dan terbuat dari 500-1000 sel hidup. Mereka memiliki berbagai bentuk sederhana, termasuk beberapa dengan "kaki" jongkok.
Mereka dapat mendorong diri mereka sendiri dalam arah linear atau melingkar, bergabung bersama untuk bertindak secara kolektif, dan memindahkan objek kecil. Menggunakan energi seluler mereka sendiri, mereka dapat hidup hingga 10 hari.
Sementara "biomachine yang dapat dikonfigurasi ulang" ini bisa sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Untuk membuat xenobot, tim peneliti menggunakan komputer super untuk menguji ribuan desain acak makhluk hidup sederhana yang dapat melakukan tugas-tugas tertentu.
Komputer diprogram dengan AI "algoritma evolusioner" untuk memprediksi organisme mana yang mungkin akan menampilkan tugas yang bermanfaat, seperti bergerak menuju target.
Setelah pemilihan desain yang paling menjanjikan, para ilmuwan berusaha untuk mereplikasi model virtual dengan kulit katak atau sel jantung, yang secara manual digabung menggunakan alat bedah mikro.
Baca juga: GK-PnP dan CSIS pamerkan kebolehan robot cerdas Sophia
Baca juga: Robot asmara berkekuatan AI ancam hubungan intim manusia
Meskipun digambarkan sebagai "robot hidup yang dapat diprogram", mereka sepenuhnya organik dan terbuat dari jaringan hidup.
Istilah "robot" telah digunakan karena xenobot dapat dikonfigurasikan ke dalam berbagai bentuk, dan "diprogram" untuk menargetkan objek tertentu - yang kemudian tanpa sadar mereka cari.
Mereka juga dapat memperbaiki diri setelah rusak.
Beberapa berspekulasi bahwa mereka dapat digunakan untuk membersihkan lautan kita yang tercemar dengan mengumpulkan plastik mikro.
Mereka juga mungkin dapat digunakan untuk memasuki area terbatas atau berbahaya untuk mencari racun atau bahan radioaktif.
Xenobots dirancang dengan "kantong" berbentuk hati yang mungkin dapat membawa obat ke dalam tubuh manusia yang butuh pengobatan.
Versi masa depan dapat dibangun dari sel pasien sendiri untuk memperbaiki jaringan atau target kanker. Menjadi biodegradable, xenobots akan memiliki keunggulan pada teknologi yang terbuat dari plastik atau logam.
Pengembangan lebih lanjut "robot" biologis dapat mempercepat pemahaman kita tentang sistem robot dan kehidupan. Hidup ini sangat kompleks, sehingga memanipulasi makhluk hidup dapat mengungkap beberapa misteri kehidupan dan meningkatkan penggunaan AI kita.
Sebaliknya, xenobot menimbulkan masalah hukum dan etika. Dengan cara yang sama mereka dapat membantu kanker target, mereka juga dapat digunakan untuk membajak fungsi kehidupan untuk tujuan jahat.
Beberapa orang berpendapat bahwa membuat makhluk hidup secara artifisial adalah tidak alami, hubristik, atau melibatkan "permainan Tuhan".
Kekhawatiran yang lebih menarik adalah bahwa penggunaan yang tidak diinginkan atau berbahaya, seperti yang telah kita lihat dengan teknologi di bidang termasuk fisika nuklir, kimia, biologi dan AI.
Misalnya, xenobot dapat digunakan untuk tujuan biologis yang tidak bersahabat yang dilarang oleh hukum internasional.
Xenobot masa depan yang lebih maju, terutama yang hidup lebih lama dan bereproduksi, berpotensi “tidak tidak bermanfaat, menjadi nakal, dan mengungguli spesies lain.
Untuk tugas-tugas kompleks, xenobot mungkin memerlukan sistem sensorik dan saraf, mungkin menghasilkan perasaan mereka.
Organisme terprogram makhluk hidup akan menimbulkan pertanyaan etis tambahan. Tahun lalu, kebangkitan otak babi tanpa tubuh menimbulkan kekhawatiran tentang penderitaan berbagai spesies.
Baca juga: Sambut revolusi otomotif, ABB tawarkan solusi pabrik robotik
Baca juga: Apple daur ulang iPhone pakai robot Daisy
Baca juga: Story-i dan UBTECH pasarkan robot edukasi di Indonesia
Penerjemah: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020