Deputi Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Djoko Harsono sebelum rapat dengar pendapat tertutup dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin mengatakan, Tokyo Gas batal membeli gas Tangguh karena harga yang terlalu tinggi.
"Mereka (Tokyo Gas) mengundurkan diri karena harganya dinilai terlampaui tinggi," katanya.
Ia juga mengatakan, perusahaan asal Thailand, PTT membatalkan pembelian gas Tangguh dari pengalihan Sempra itu. Menurut Djoko, pemerintah akan mengalihkan rencana penjualan ke Tokyo Gas itu ke pembeli domestik yakni pabrik pupuk dan pembangkit listrik.
Pembeli potensial domestik antara lain pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT Pupuk Kaltim (PKT), dan juga pembangkit listrik yang dikelola PT Indonesia Power di Bali.
Menurut dia, alokasi ke pabrik pupuk dari rencana sebelumnya ke Tokyo Gas adalah sebesar 200.000 ton per tahun dan pembangkit Indonesia Power 300.000 ton per tahun.
Sebelumnya, pemerintah juga merencanakan pengalihan 300.000 ton per tahun dari pengalihan Sempra ke PIM dan PKT.Pengalihan gas ke PIM dan PKT direncanakan dilakukan melalui mekanisme pertukaran (swap). Mengenai harga, Djoko mengatakan, harga dilakukan secara bisnis (b to b).
"Pemerintah akan melakukan intervensi harga gas apabila diperlukan," katanya. Namun, berdasarkan kontrak, lanjutnya, harga gas pengalihan harus lebih tinggi dibandingkan kontrak ke Sempra.
Sesuai kontrak, volume pengalihan kontrak diperbolehkan maksimal mencapai 50 persen dari kontrak atau 1,8 juta ton per tahun. Sebanyak satu juta ton sudah dibeli perusahaan gas asal Korsel, Korea Gas (Kogas).(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008