Minggu (19/1) pukul 23.58.20 WIB wilayah Kotamobagu, Minahasa, dan Luwuk diguncang gempa tektonik dengan kekuatan magnitudo 6,6,

Jakarta (ANTARA) - Hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan zona sumber gempa Lempeng Laut Maluku dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami aktivitas kegempaan yang cukup intensif.

"Kawasan Laut Maluku sangat rawan gempa dan tsunami, maka sangat penting upaya untuk memperkuat mitigasi guna meminimalkan dampak gempa bumi dan tsunami.," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan, Zona sumber gempa Lempeng Laut Maluku berdasarkan catatan memiliki sejarah tsunami destruktif beberapa kali seperti tsunami Banggai-Sangihe pada 1858 yang menyebabkan seluruh kawasan pantai Timur Sulawesi, Banggai, dan Sangihe dilanda tsunami.

Lalu tsunami Banggai-Ternate pada 1859 mengakibatkan banyak rumah di pesisir disapu tsunami. Gempa Kema-Minahasa 1859 juga memicu tsunami setinggi atap rumah-rumah penduduk.

Baca juga: Gempa guncang Sulawesi Utara hingga barat Gorontalo Utara

Kemudian tsunami Gorontalo 1871 juga menerjang di sepanjang pesisir Gorontalo, tsunami Tahuna 1889 menerjang kawasan pesisir Tahuna setinggi 1,5 meter, tsunami Kepulauan Talaud 1907 menerjang pantai setinggi empat meter dan tsunami Salebabu 1936 menyapu pantai setinggi tiga. meter.

Sebelumnya pada Minggu (19/1) pukul 23.58.20 WIB wilayah Kotamobagu, Minahasa, dan Luwuk diguncang gempa tektonik dengan kekuatan magnitudo 6,6 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 6,2.

Episenter terletak pada koordinat 0,1 LS dan 123,86 BT tepatnya di laut pada jarak 57 km arah Selatan Kota Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara pada kedalaman 126 km.

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,6 di Bolsel Terasa di Banggai

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak gempa yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Laut Maluku ke arah barat.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

Guncangan gempa dirasakan di daerah Luwuk dalam skala intensitas IV-V MMI hingga banyak warga terbangun dari tidur, sedangkan di Bitung, Manado, Kotamobagu, Gorontalo dan Malili guncangan dalam intensitas II-IIIMMI.

Baca juga: Gempa Bolaang Mongondow terasa hingga bagian barat Gorontalo Utara

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020