Dari kekalahannya di babak final saat menghadapi Ratchanok Intanon asal Thailand pada Minggu (19/1), perempuan berusia 26 tahun itu mengaku mempelajari banyak hal dari pemain unggulan negeri gajah putih tersebut.
“Dia (Intanon) benar-benar pemain yang hebat. Dia sangat pandai di lapangan, terutama ketika bermain di net. Dia lebih cerdik dari saya. Besok-besok, saya harus lebih pandai dari dia,” kata Marin usai bertanding di Istora Senayan, Jakarta, Minggu.
Baca juga: Final Indonesia Masters hari ini, Indonesia pastikan gelar ganda putra
Baik Intanon maupun Marin sebetulnya sama-sama tampil memukau pada laga puncak tersebut. Sayangnya, Intanon bisa bermain lebih tenang dan jeli dalam melihat peluang untuk mencuri poin.
Akhirnya, dalam waktu 79 menit, Marin pun harus takluk di tangan Intanon dalam tiga gim dengan kedudukan 19-21, 21-11, 18-21.
“Saya tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Yang pasti, saya harus mengakui, dia memang bermain lebih baik dari saya pada hari ini. Setelah pertandingan ini, saya akan mengevaluasi lagi penampilan saya dan dia,” ujar Marin.
Baca juga: Carolina Marin, dari tarian Flamenco ke olahraga bulu tangkis
Dalam evaluasi tersebut, dia pun akan mencari kekurangan dari penampilannya sendiri sekaligus melihat kelebihan Intanon, sehingga Marin bisa mempelajari keunggulan pemain Thailand itu.
“Pada pertandingan selanjutnya, kalau bertemu lagi sama dia, mungkin saya tidak mau lagi bermain di dekat-dekat net. Saya juga harus bisa melihat peluang-peluang supaya bisa mencuri poin darinya,” ungkap Marin.
Baca juga: Ringkasan Indonesia Masters, Indonesia loloskan empat wakil ke final
Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020