Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X menganjurkan pemuda masa kini banyak belajar dari tokoh agama dan politik dari Sumatera Barat, M Natsir.
"Dari pengalaman-pengalaman M Natsir, pemuda saat ini akan mengerti arti pentingnya pendidikan, termasuk pendidikan agama, bahasa dan politik. Pada usia 21 tahun, M Natsir sudah menguasai 7 bahasa asing, serta sudah aktif di kancah politik," kata Sultan pada acara Seminar Nasional Kepahlawanan Mohammad Natsir di Bantul, Sabtu.
Sultan mengatakan acara ini dapat menjadi simbolisasi jembatan hati lintasan budaya antara budaya Minang dengan Yogyakarta yang tidak bisa dipisahkan dari bagian pembangunan Indonesia baru.
"M Natsir selalu berbuat dan berdoa kepada Tuhan, prestasi politiknya yang paling spektakuler adalah menyatukan 17 negara bagian menjadi satu pada usia yang masih tergolong muda, yaitu usia 42 tahun. Dan pada usia itu, M Natsir diangkat menjadi Perdana Menteri kelima menggantikan Abdul Halim," katanya.
Sultan menambahkan M Natsir tidak hanya tokoh politik dan ulama terkemuka di Indonesia, namun ia adalah intelektual yang menguasai khasanah ilmu - ilmu Islam, memahami agama secara komprehensif, dan cara bicaranya sejuk, sangat jauh dari menghasut.
"Pola hidup M Natsir sangat sederhana, setia dan kritis," katanya.
Sementara itu ketua Keluaraga Besar Minang Yogyakarta (KBMY), Rachmad Ali mengatakan keluarga Minang ingin menjalin hubungan keluarga dengan keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta. "Saya tegaskan bahwa hal ini tidak ada unsur politik sama sekali," katanya.
Racmad berharap, tokoh M Natsir dapat menjadi jembatan antara keluarga Minang dan Yogyakarta. "Sepertinya harapan kami bersambut, karena ternyata Sultan memiliki keinginan yang sama dengan kami," katanya.
Rachmad juga menegaskan bahwa sosok Sultan sangat cocok menjadi Presiden Republik Indonesia mendatang, karena Sultan merupakan pemimpin yang memperhatikan orang kecil dan sangat menghargai perbedaan budaya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008