Jakarta (ANTARA News) - Kehidupan artis yang sarat dengan dunia gemerlap di Ibukota Jakarta, pergaulan luas dan bebas, ketidaksiapan menghadapi ketenaran atau kejatuhan dalam karirnya, seringkali dikaitkan dengan narkoba dan ancaman HIV/AIDS.
Tompi, penyanyi jazz yang juga berprofesi sebagai dokter, mengungkapkan, kalangan artis adalah bagian dari masyarakat yang cukup rentan terjangkit HIV/AIDS meski hingga saat ini belum pernah terungkap secara gamblang adanya artis yang mengidap HIV/AIDS.
"Rentan ini dalam arti mereka terpapar dengan hal-hal yang menulari yakni lewat seks bebas, obat-obatan terlarang lewat jarum suntik," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu (29/11).
Tompi mengatakan kendati tidak semua artis akrab dengan narkoba lewat jarum suntik ataupun seks bebas, namun lingkungan memungkinkan adanya pengaruh itu merasuk dalam kehidupan mereka.
"Tidak semua artis mengonsumsi narkoba kan, tidak semua melakukan seks bebas. Tapi memang kita sama-sama tahu bahwa ada beberapa di antara kami ini yang masih terlibat dengan hal-hal tersebut," ujarnya.
Menurut pelantun lagu "Selalu Denganmu" ini, kehidupan yang akrab dengan jarum suntik dan seks bebas di kalangan artis biasanya berawal dari konsumsi alkohol. Kebiasaan dugem dan minum-minuman keras sampai mabuk sambil nongkrong di bar biasanya yang mendorong mereka terjerumus ke dunia obat-obatan dan seks bebas.
"Ketika mereka mabuk dan akhirnya tidak sadar, setelah itu tidak tahu lagi melakukan apa saja. Di situ mulai penggunaan drugs biasanya jadi tidak bisa terhindarkan," katanya.
Penyanyi dan komedian Ronald Suryapradja mengungkapkan, kehidupan artis, baik penyanyi, musisi, bintang film, atau artis sinetron memang tidak bisa dipungkiri seringkali dikaitkan dengan gaya hidup bebas, alkohol, dan minuman keras. Namun hal itu bergantung pula pada masing-masing individu dalam menyikapinya.
"Stereotipe artis memang biasanya tidak pernah jauh dari tiga hal itu, tapi sebenarnya kalau kita tinggal di keluarga yang harmonis, lingkungan yang hidup sehat, dan dekat dengan Tuhan maka sebenarnya kita bisa menjauhkan diri dari bahaya HIV/AIDS," katanya.
Peran keluarga dan orang-orang terdekat, menurut Ronald sangat penting dalam membentuk jiwa dan karakter seseorang termasuk kalangan artis. Dari pengalamannya pribadi, kedekatan dengan orang tua mendorong dia untuk menjauhi hal-hal yang negatif.
"Orang tua gue tidak pernah mencontohkan hal-hal semacam itu. Mereka juga tidak pernah melarangku melakukan ini dan itu, tapi karena aku belajar dan melihat keseharian mereka yang positif maka secara tidak langsung aku menirunya juga," ujar pria asal Bandung, Jawa Barat, itu.
Penyanyi jazz asal Solo, Iga Mawarni, yang juga memiliki pergaulan luas di kalangan penyanyi, musisi,dan seniman, mengatakan, tidak mudah menjauhkan narkoba dari kalangan artis ataupun seniman. Hal ini karena masih ada sebagian di antara mereka yang mengonsumsi narkoba untuk kepentingan mencari inspirasi atau membangkitkan emosi yang tinggi untuk menciptakan karya, baik musik maupun yang lainnya.
"Ada beberapa orang yang kurang percaya diri lantas berpikiran bahwa kreativitas dan imajinasinya akan muncul dengan dahsyat ketika mengosumsi narkoba, terutama dengan jarum suntik ya. Mereka inilah yang sangat rentan terhadap penularan HIV/AIDS," katanya.
Ia mengungkapkan anggapan itu akhirnya menjadi kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, yakni terus-menerus mengonsumsi narkoba demi membangkitkan imajinasi dan adrenalin untuk menciptakan sebuah karya yang hebat, serta mengesampingkan logika murni dalam berkarya.
"Apalagi misalnya kalau sedang dikejar deadline produksi album baru padahal belum ada ide untuk membuat lagu, biasanya seniman itu yang larinya ke narkoba," kata ibu satu anak itu.
Dalam pengamatannya, artis-artis mudalah yang paling rentan terjerumus ke narkoba dan seks bebas. Banyaknya bermunculan grup band baru, persaingan di bidang musik yang sangat ketat, dan ketidakmampuan untuk menerima ketenaran yang tiba-tiba bisa saja menyeret seseorang terjerumus ke dunia obat-obatan terlarang.
"Bicara persaingan band-band baru, mereka masih ABG (anak baru gede) yang masih memburu popularitas, belum berpikir `positioning`, biasanya adalah kalangan rentan apalagi bila kondisi keluarga dan lingkungan sekitarnya tidak mendukung terciptanya emosi yang stabil dan pemahaman yang lengkap tentang narkoba dan seks bebas," katanya prihatin.
Pengetahuan
Sebagai kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS, Ronald menilai sangat penting bagi artis untuk membekali pengetahuan seputar virus mematikan itu.
Menurut dia, dengan kesadaran sendiri seharusnya para artis sudah membekali diri dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS karena kehidupan mereka yaauh dari ancaman terjangkit virus tersebut.
"Sebenarnya tidak hanya artis ya, semua orang seharusnya well informed tentang apa itu HIV/AIDS karena penting untuk menjaga diri sendiri dari resiko tertular," tambahnya.
Mantan VJ MTV Rianti Cartwright mengungkapkan pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat penting bagi dia sebagai seorang entertainer. Dengan pemahaman yang benar maka seseorang bisa lebih berhati-hari dalam bersikap dan pergaulan sehari-hari.
Rianti mengatakan, dengan adanya pengetahuan yang cukup, ia bisa mengetahui bagaimana memerlakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Ia mencontohkan pada dirinya sendiri ketika masih menjadi pembawa acara stasiun televisi MTV pernah mewawancarai ODHA.
Karena ia tahu penularan HIV/AIDS hanya bisa dilakukan melalui melalui cairan tubuh, akhirnya dia tidak gentar saat berhadapan dengan mereka. "Saya tidak takut berjabat tangan dan pelukan dengan penderita AIDS. Karena memang saya tahu tidak akan tertular semudah itu," katanya.
Hal senada juga diungkapkan aktor muda Christian Sugiono. Ketika mengetahui bahwa teman akrabnya semasa di Jerman menderita AIDS, dia tidak serta merta kaget. "Saya sudah tahu cara penularannya. Makanya tidak terlalu memikirkan hal tersebut," ungkapnya.
Pengetahuan seputar HIV/AIDS itu, menurut Tompi, juga harus dibarengi dengan kasadaran diri untuk memeriksakan diri ke dokter. Ia mengatakan, meskipun seseorang merasa memiliki gaya hidup yang sehat dan positif belum tentu terhindar dari kemungkinan tertular HIV/AIDS.
"Siapa tahu tertular virusnya dari pisau cukur yang dipakai bergantian, atau dari jarum tato yang dipakai beberapa orang," katanya.
Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter yang menangani kasus HIV/AIDS, ada beberapa orang yang tidak bersedia diperiksa karena merasa kehidupannya sangat positif.
"Orang-orang yang rentan terhadap resiko tertular HIV/AIDS, baik itu artis ataupun bukan artis, harus menumbuhkan kesadaran diri sendiri bahwa memeriksakan diri ke dokter itu juga sangat penting untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan," demikian Tompi. (*)
Pewarta: Oleh Desy Saputra
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008