New Delhi, (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Shah Mahmood Qureshi  mendesakkan perlunya melibatkan mekanisme bersama antara Pakistan dan India guna melawan aksi teror yang dihadapi kedua negeri tersebut.

Ketika berbicara kepada media India di New Delhi, Jumat, Qureshi mengatakan adalah sesuatu yang pradini untuk menghubungkan ledakan di Mumbai dengan Pakistan.

"Pengalaman masa lalu memperlihatkan peristiwa semacam itu tak memerlukan reaksi tergesa-gesa," katanya.

Menlu Pakistan itu mengatakan, setelah kejadian Samjota Express 2007, pemerintah dan media India menyalahkan Pakistan tapi penyelidikan mengungkapkan bahwa orang India sendiri lah yang terlibat dalam kejadian itu.

Qureshi mengatakan pelaku teror tak memiliki agama, kepercayaan atau kasta. Ia menjanjikan kerjasama Pakistan pada semua tingkat. Ditambahkannya, tuduhan terhadap Pakistan mesti dihentikan.

Pada hari yang sama media Pakistan memperingatkan agar tak ada yang saling menyalahkan dan menyatakan Islamabad tak bisa dinyatakan bertanggung-jawab atas kerusuhan di ibukota finansial India dan proses perdamaian tak boleh dibiarkan tergelincir.

Dalam tajuk yang mengutuk serangan tersebut, satu harian terkemuka Pakistan memperingatkan bahwa saling tuduh akan menghambat upaya yang sedang berlangsung bagi normalisasi hubungan antara kedua negara.

"India mengarahkan pandangan kotor ke Pakistan," demikian antara lain isi berita utama "Daily News", sementara surat kabar lain menyatakan dinas intelijen India menghadapi serangan dan berusaha menimpakan kesalahan ke pihak lain.


Namun, harian "Daily Times" menyiarkan berita yang lebih moderat, dan menyatakan India dan Pakistan menghadapi ancaman teror yang sama dan perlu menyusun "strategi kerjasama".

Tetapi, katanya, itu jadi nyaris tak mungkin akibat tekan politik dalam negeri dan keinginan untuk keuntungan di kalangan partai politik.

"Penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai serangan teror (pada waktu lalu) yang ditimpakan pada umat Muslim India dan Pakistan telah memperlihatkan bahwa ternyata itu dilakukan oleh jaringan teroris Hindu," kata surat kabar tersebut.

Harian "Dawn" menyarankan kedua negara, "tanpa saling menyalahkan, mesti bekerjasama dalam penyelidikan agar membuahkan hasil".

"Meskipun seseorang dapat memahami kemarahan dan keprihatinan yang dirasakan banyak, kalangan, orang tetap akan menyarankan dilakukannya penahanan diri pada saat krisis ini," kata surat kabar itu. "Perlu dilancarkan upaya pembinaan kepercayaa antara kedua negara."

                     "Harus siaga"
Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Kgalema Motlanthe mengatakan serangan di Mumbai adalah peringatan bahwa dinas intelijen "harus siaga".

Dalam pidato saat upacara penutupan pemberian hadiah di Dinas Intelijen Nasional, Motlanthe mengatakan dunia terkejut oleh tayangan dan laporan media mengenai aksi teror di Mumbai.

"Peristiwa ini dan yang lain mengingatkan kita bahwa aksi teror itu nyata dan dinas intelijen kita perlu berjaga-jaga jika kita ingin melepaskan diri dari momok ini," katanya.

Ia mengatakan atas nama seluruh rakyat Afrika Selatan ia telah mengirim ucapan belasungkawa kepada rakyat dan pemerintah India dan mereka yang menjadi korban peristiwa mengerikan tersebut.

Sebanyak 155 orang tewas dalam serangan di berbagai tempat di kota Mumbai dua hari lalu. Sebanyak delapan belas di antara mereka adalah wisatawan.

Jumat pagi, Departemen Urusan Luar Negeri Afrika Selatan mengucapkan terima kasih kepada dinas penegak hukum India karena mengeluarkan tujuh anggota awak Perusahaan Penerbangan Afrika Selatan dari salah satu hotel terkepung di Mumbai, Oberoi Hotel.

"Menteri Dlamini-Zuma menyampaikan terima kasih pemerintah afrika Selatan kepada pemerintah India atas tindakan profesional dalam menangani kasus ketujuh anggota awak tersebut," kata Ronnie Mamoepa, jurubicara Menteri Luar Negeri Afrika Selatan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008