AFP menyebut pemerintah India belum pernah secara khusus menyebut nama Pakistan ber peran dalam aksi kekerasan yang menewaskan paling tidak 130 orang itu.
"Menurut informasi sementara, sejumlah unsur di Pakistan bertanggungjawab," kata Menlu Pranab Mukherjee kepada wartawan di Jodhpur, negara bagian Rajasthan , India barat, yang dikutip kantor berita Press Trust of India (PTI).
Dia menambahkan, bukti yang mendukung tuduhan itu "tidak bisa diungkapkan saat ini."
Tuduhan itu muncul saat India dan Pakistan, yang sama-sama memiliki senjata nuklir, terlibat dalam proses perdamaian yang berjalan lambat untuk menyelesaikan sengketa-sengketa.
Perdana menteri Manmohan Singh , Kamis menyalahkan serangan Mumbai pada satu kelompok " yang berpangkalan di luar negeri" yang dilakukan dengan "tujuan tunggal untuk menciptakan malapetaka di pusat bisnis".
India kerap menuduh Pakistan menampung kelompok-kelompok gerilyawan yang melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran-sasaran India.
Kedua negara itu nyaris terlibat perang tahun 2002 setelah para gerilyawan yang berpangkalan di Pakistan menyerang gedung parlemen India Desember 2001.
Suratkabar India Mail Today memberitakan "badan-badan intelijen negara sama sekali tidak memberikan petunjuk tentang serangan yang mungkin akan terjadi" walaupun dana dikeluarkan untuk tindakan-tindakan anti-teror.
Media India memberitakan badan-badan keamanan negara itu yakin serangan-serangan di Mumbai dilakukan kelompok Lashkar-e-Taiba namun kelompok itu membantah terlibat dan mengecam serangan-serangan itu.
Menlu Pranab Mukherjee menyatakan Pakistan baru-baru ini menjamin kepada New Delhi bahwa tidak akan mengizinkan wilayah mereka digunakan untuk melancarkan serangan-serangan terhadap India.
PM Pakistan Yousuf Raza Gilani Jumat siang mengecam serangan-serangan itu dalam percakapan telepon dengan sejawat Indianya. Gilani juga mengemukakan negaranya adalah korban dari terorisme.
Pernyataan dari kantor Gilani mengatakan pemerintahnya menyampaikan dukungan penuh kepada India untuk memerangi ekstremisme dan terorisme.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008