"Menurut saya polisi mesti melibatkan sejarawan, ini dicek apakah betul ia punya keturunan Majapahit atau Mataram, kalau betul dia keturunan Majapahit dan Mataram tapi dalam menyampaikan berlebihan setidaknya hukum tidak memberatkan," kata Asep Kambali yang dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Menurut Asep yang juga pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), asas praduga tak bersalah harus dikedepankan karena mungkin saja memang benar Raja dan Permaisuri Keraton Agung Sejagat punya keturunan darah biru.
Baca juga: Soal Keraton Agung Sejagat, Yenny Wahid: Fenomena "halu"
"Mungkin memang betul punya keturunan cuma salah mengekspresikan. Maka jangan hanya melibatkan psikiater atau psikolog tapi mesti libatkan sejarawan. Coba telusuri apakah mereka punya KK, KTP atau foto-foto dan cek asal usulnya," tambah Asep.
Dengan melibatkan sejarawan, maka bisa dibuktikan kebenarannya dari segi sejarah. Asep menjelaskan bahwa saat ini memang masih ada keturunan raja-raja maupun sultan yang bisa ditelusuri asal usul dan trahnya.
Selain ditelusuri asal usulnya, perlu juga dicek motif yang melatarbelakangi munculnya komunitas tersebut.
Baca juga: Setelah "Keraton Sejagat" ada lagi "Sunda Empire" di Bandung
Disebutkan adanya jual beli gelar kebangsawanan, sehingga harus dicari tahu apakah motifnya terkait dengan ekonomi, tambah Asep.
"Dengan ada motif menjual gelar dan sebagainya, berarti dinilainya jangan hanya dari segi motif psikologis tapi juga dari segi ekonomi," katanya.
Sebelumnya, viral di media sosial munculnya "Keraton Agung Sejagat" di Purworejo sehingga menimbulkan keresahan hingga akhirnya polisi menahan Totok Santoso yang mengaku sebagai raja dan pasangannya Fanni Aminadia.
Lalu muncul unggahan video tentang "Sunda Empire" pada Kamis (16/1) malam. Selain itu, sejumlah konten mengenai "Sunda Empire" itu menyebar ke masyarakat melalui media sosial.
Baca juga: Keberadaan "Sunda Empire" di Bandung sudah diketahui sejak 2018
Baca juga: Lurah pastikan ratu keraton sejagat Purworejo bukan warga Kalibata
Baca juga: Polisi akan cek psikologis permaisuri Keraton Agung Sejagat
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020