Meskipun tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan perubahan iklim, tetapi kenaikan suhu udara global telah meningkatkan risiko kebakaran hutan sehingga akan lebih sering terjadiJakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan kemungkinan kecil asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Australia akan menyebar sampai Indonesia setelah laporan NASA menyebut asap sudah sampai benua Amerika, kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal.
"'Polar jet stream' telah membawa asap kebakaran hutan Australia menyeberangi Samudra Pasifik bagian selatan pada ketinggian atmosfer sekitar 16 km dan menyebar sampai ke negara benua Amerika bagian selatan, antara lain Chile, Argentina, dan Uruguay," ujarnya dalam rilis yang diterima di Jakarta pada Jumat.
Sebelumnya, lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA), mengatakan asap kebakaran hutan Australia telah menyebar sampai benua Amerika dan berpotensi memengaruhi atmosfer secara global, per laporan 10 Januari 2020.
Kemunculan laporan tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa asap dari kebakaran hutan di Australia bisa menyebar hingga wilayah Indonesia, yang berada tepat di utara "Negara Kanguru" itu.
Baca juga: Hujan deras bawa harapan untuk atasi kebakaran hutan Australia
Menurut Herizal, fenomena asap dari wilayah selatan dan tenggara Australia sampai benua Amerika itu disebabkan oleh "polar jet stream", yaitu aliran angin kencang pada sekitar 60 derajat lintang selatan dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam yang bergerak konsisten ke arah timur.
Hingga akhir Januari 2020, kata dia, "polar jet stream" masih cukup kuat sehingga potensi penyebaran asap masih dominan ke timur Australia.
Karena dominasi aliran angin kencang ke ke timur tersebut maka kecil kemungkinan asap kebakaran hutan Australia akan menyeberang ke Indonesia, yang dinamika atmosfernya sendiri didominasi oleh angin barat atau monsun Asia.
Kebakaran hutan di Australia yang terjadi baru-baru ini, kata dia, juga salah satu kejadian paling parah dalam sejarah kebakaran hutan.
"Meskipun tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan perubahan iklim, tetapi kenaikan suhu udara global telah meningkatkan risiko kebakaran hutan sehingga akan lebih sering terjadi," ujar Herizal.
Baca juga: Australia harus menunggu hingga Maret untuk hujan atasi kebakaran
Baca juga: Ilmuwan iklim peringatkan kebakaran besar Australia bisa jadi rutin
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020