Kita hidup di Bumi yang sama, di Bumi yang satu. Tidak bisa hanya Indonesia saja yang melakukan mitigasi, tetapi harus juga secara globalBMKG Dorong Kepedulian Masyara (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendorong masyarakat lebih peduli terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat mengendalikan krisis iklim dan cuaca ekstrem.
"Ya, kalau kita lihat dari kondisi (cuaca) ekstrem saat ini menunjukkan bahwa kita sudah harus peduli. Bukan hanya melihat perubahan yang lambat, tetapi karena sudah ada impaknya ke kita," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari di Kantor BMKG, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan hasil kajian secara global, tren kenaikan suhu global saat ini memang sedang terjadi.
Kenaikan suhu global tersebut dapat dibuktikan melalui data yang menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi gas rumah kaca.
"Berdasarkan observasi kita dan observasi global memang ada tren kenaikan gas rumah kaca. Berdasarkan pengamatan dan historinya dari 2014 sampai sekarang lebih banyak tren yang meningkat," katanya.
Peningkatan tersebut tidak hanya diamati oleh BMKG berdasarkan data histori 2014 sampai saat ini, tetapi juga dilihat dari titik-titik pengamatan di seluruh dunia.
Oleh karena itu, ia mengatakan sudah saatnya masyarakat peduli dan melakukan upaya antisipasi sehingga dapat menahan kenaikan suhu dan potensi kejadian-kejadian ekstrem lainnya.
"Kalau kita tidak mengantisipasinya suhu akan terus meningkat dan juga potensi kejadian ekstrem juga akan lebih sering terjadi. Seperti contohnya hujan lebat kemarin," katanya merujuk pada hujan dengan intensitas curah hujan ekstrem mencapai 377 mm yang terjadi pada awal Tahun Baru 2020.
Baca juga: Komunitas Peduli Ciliwung aktif ajak warga peduli lingkungan
Selain itu, ia juga membenarkan laporan yang digaungkan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Madrid yang menyebutkan bahwa saat ini kondisi iklim secara global telah mengalami krisis, bukan lagi pada tahap perubahan, demikian halnya dengan kondisi di Indonesia.
"Kalau dilihat dari tren perubahan dan juga rapid, kecepatan karena suhu, itu kita enggak bisa mengatakan sekarang ini iklimnya berubah, tetapi memang sudah krisis. Itu yang mereka gaungkan. Dan tentu itu berangkat dari data," katanya.
Dengan landasan data itu, masyarakat di seluruh dunia dituntut memberikan kontribusi nyata terhadap perbaikan kondisi lingkungan.
"Bukan hanya sebagian orang saja, tetapi juga harus jadi perhatian dari berbagai sektor dam pengambil kebijakan bahwa kondisi kita sudah seperti ini. Karena iklim ini perubahannya pelan tetapi pasti," katanya.
Untuk mengendalikan perubahan tersebut, ia mengatakan bahwa upaya mitigasi memang sudah seharusnya dilakukan dan tidak hanya parsial atau di wilayah tertentu saja, tetapi juga secara global.
"Kita hidup di Bumi yang sama, di Bumi yang satu. Tidak bisa hanya Indonesia saja yang melakukan mitigasi, tetapi harus juga secara global," katanya.
Selain itu, upaya adaptasi di berbagai sektor juga perlu dilakukan. Upaya-upaya adaptasi yang dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia dengan menjalankan pola hidup hemat energi, dengan menggunakan energi terbarukan.
"Itu adalah kontribusi kita terhadap penyelamatan Bumi, dalam arti mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca," katanya.
Baca juga: BPDAS dan Manggala Agni edukasi pelajar pentingnya peduli lingkungan
Baca juga: Doni: Perlu kesadaran kolektif untuk peduli lingkungan cegah bencana
Baca juga: Ajak peduli lingkungan, Taman Pintar Yogya bagi-bagi bibit tanaman
Pewarta: Katriana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020