Makassar (ANTARA) - Serangan udara kembali menghantam Idlib, Suriah pada Rabu 15 Januari lalu, mengakibatkan 18 orang meninggal dunia.
Tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang berada di Idlib, Suriah saat itu menyaksikan langsung serangan udara dari pesawat-pesawat jet tersebut.
“Ketika perjalanan menuju Idlib kota dan tiba di sana, beberapa kali tim ACT menyaksikan langsung pesawat pesawat jet berseliweran di atas langit Idlib," ungkap seorang dari tim GHR - ACT, Firdaus Guritno yang diterima di Makassar, Jumat.
Tim GHR-ACT berada di Idlib, Suriah karena sedang mendistribusikan bantuan pangan dan roti untuk para pengungsi pada Sabtu dan Ahad, 11-12 Januari.
"Pesawat bahkan menurunkan rudal-rudalnya, menyerang areal permukiman di sekitar Idlib yang hanya berjarak 5 km dari titik kita berada, seperti Binnish, Saraqib, maupun pinggiran kota Idlib,” lanjutnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berpusat di Britania Raya melaporkan penyerangan yang terjadi pada Rabu (15/1) itu mengincar sebuah pasar dan kawasan industri padat aktivitas di Idlib.
Serangan itu mengakibatkan 18 warga sipil dilaporkan meninggal dunia dalam serangan udara yang terjadi di Kota Idlib, Suriah, dilansir dari AFP.
AFP melaporkan beberapa mobil bahkan masih terbakar dengan jenazah para pengendara yang masih ada di dalamnya.
Konflik di Suriah yang dimulai sejak tahun 2011 lalu telah menelan banyak korban. Dalam sebuah laporan yang dirilis pada 31 Desember 2019, Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) merilis laporan akhir tahun menyebutkan total 3.364 warga Suriah meninggal dunia termasuk 842 anak-anak dan 747 wanita, menurut Anadolu Agency.
Sementara awal tahun 2020 sendiri, SNHR meliris empat laporan sepanjang 1-14 Januari yang menyebutkan 75 orang tewas akibat konflik di Suriah.
Ratusan ribu warga sipil menyelamatkan nyawa mereka dari konflik berkepanjangan ini. Laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebutkan, konflik itu bahkan mengakibatkan hampir 350.000 jiwa mengungsi ke luar dari Idlib sejak 1 Desember 2019-14 Januari 2020 lalu.
Sebagian besar pindah ke pusat kota dan kamp-kamp pengungsi di barat laut Idlib. Puluhan ribu orang kabarnya juga sudah dipindahkan ke daerah seperti Afrin dan A'zaz di Aleppo Utara.
Keadaan pengungsi saat ini makin sulit karena Suriah sedang menghadapi musim dingin.
Di tengah keterbatasan hidup yang mereka alami di kamp, bantuan pangan dan bantuan logistik serta roti-roti hangat dari pabrik roti yang ACT operasikan akan membantu mereka untuk bertahan. ACT berupaya menyediakan makanan bagi para pengungsi Suriah.
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020