<b>Virna Puspa Setyorini</b>
Jakarta (ANTARA News) - Meninggalkan pasar yang stagnan di Barat, merangkul pasar besar di Timur.
Pasar otomotif di Amerika Serikat (AS) dan Eropa memang besar. Penjualan mobil di negeri Paman Sam dalam satu tahun lalu mencapai 16 juta unit, hal yang sama terjadi di Eropa dimana penjualan mobil mencapai 16 hingga 17 juta unit dalam satu tahun.
Namun sejak krisis finansial menghantui AS yang kemudian menjalar ke Eropa, penjualan mobil di negara dan benua itu pun mulai anjlok. Hingga Oktober 2008, penjualan mobil di AS hanya mencapai 11 juta unit.
"Pasar otomotif di sana memang besar. Tapi beberapa tahun terakhir memang tidak mengalami pertumbuhan yang berarti, hanya satu sampai dua persen per tahun, ditambah lagi dengan krisis penjualan jadi tambah terpuruk," kata Managing Director PT General Motors AutoWorld Indonesia (GMAWI), Mukiat Sutikno.
Kondisi stagnan ini sebelumnya telah disampaikan oleh Direktur Utama General Motors (GM) Asia Tenggara, Steve Carlisle, di Bangkok saat perusahaan otomotif asal AS tersebut mulai membangun pabrik mesin diesel di Rayong, Thailand, bulan Agustus 2008.
"Pasar otomotif Amerika memang mulai jenuh, tetapi kami akan tetap menjaga pasar ini karena bagaimana pun pasar otomotif di Amerika sangat besar," ujar dia.
Pembangunan pabrik mesin diesel di Rayong boleh jadi menjadi awal investasi besar GM Corporation untuk mulai fokus pada pasar di belahan timur bumi ini. Karena di bulan September 2008, GM kembali menanamkan investasinya sebesar 300 juta AS dolar di Mumbai, India, dengan kapasitas produksi 140.000 unit per tahun.
Masih dalam bulan yang sama GM kembali melakukan ekspansi dengan membangun pabrik seharga 370 juta AS dolar yang memproduksi mobil compact yakni Chevrolet Cruze juga Chevrolet Volt Plug-in. Terakhir ekspansi di Rusia sebagai upaya peningkatan produksi GM di seluruh dunia.
Ekspansi besar-besaran yang dilakukan GM merupakan komitmen dari apa yang telah diungkapkan "Chief Executive Officer" (CEO) GM Rick Wagoner pada awal Januari 2008 untuk mempertahankan posisinya sebagai produsen otomotif dengan produksi terbanyak.
Pada tahun 2007 lalu GM memproduksi 9,284 juta unit mobil. Angka tersebut terlampaui oleh raksasa otomotif Jepang yakni Toyota yang memproduksi lebih dari 9,497 juta unit mobil.
<b>80 persen siap</b>
Rasanya sulit dipercaya memang, jika GM menyatakan siap untuk melanjutkan ekspansinya ke Indonesia.
Dalam satu bulan terakhir berita mengenai memburuknya kondisi likuiditas produsen otomotif di AS, termasuk GM, sangat lah nyaring terdengar. Turunnya permintaan yang drastis di Amerika Utara dikabarkan membuat produsen otomotif ini goyang sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK), penjualan saham, penghentian produksi sementara menjadi opsi yang pilih.
Selain itu, permintaan "bailout" sebesar 25 miliar AS dolar bersama dua produsen otomotif lainnya, yakni Ford dan Chrysler, menambah kesanksian apakah benar rencana beroperasinya kembali pabrik GM di Indonesia akan terjadi. Ditambah lagi spekulasi berita yang menyatakan bahwa GM memilih opsi bangkrut.
Pada pertemuan wartawan dengan jajaran petinggi GM Indonesia di minggu terakhir bulan November 2008, pihak GM dalam hal ini Sutikno menegaskan bahwa rencana untuk memproduksi kembali mobil di Indonesia tetap berlanjut.
Dia mengatakan kondisi buruk memang dihadapi GM terutama di Amerika Utara. Namun jika "bailout" 25 miliar AS dolar yang diminta "big three" gagal diperoleh, dia yakin GM Amerika lah yang akan terkena dampak besar dan prinsipal akan menyelamatkan pabriknya di belahan dunia lain terlebih di Asia.
Bahkan Direktur Operasional PT GMAWI Arif Pramadana mengatakan proses pengaktifan kembali pabrik GM di Pondok Ungu Bekasi telah berjalan 80 persen. Tahun depan pembangunan kembali pabrik GM di Indonesia dapat berjalan.
Dia mengaku telah menghubungi paling tidak 200 suplier untuk memasok komponen mobil yang akan dikembangkan di pabrik Indonesia tersebut. Kualitas produk diutamakan mengingat mobil yang akan dikembangkan tersebut juga akan diekspor ke negara-negara ASEAN bahkan Asia.
"Komponen memang dicari dengan kualitas terbaik. Kita anggap mobil tersebut untuk memenuhi permintaan negara di seluruh dunia," ujar dia.
Komitmen untuk menggunakan komponen lokal sebanyak 40 persen tetap dipegang GM, katanya, karena hal tersebut juga menjadi persyaratan untuk memperoleh nol persen "impor duty" dari Thailand.
"Sangat mungkin kita menggunakan komponen lokal lebih dari 40 persen," katanya.
Guna menghapus ketidakyakinan wartawan, Arif mengatakan, prinsipal GM telah menentukan mobil jenis apa yang dikembangkan di Indonesia.
Sementara itu, Mukiat mengatakan, "approval" terakhir atas pengoperasian kembali pabrik GM di Pondok Ungu akan dilakukan Direktur Utama GM Asia Pasific Nick Reilly yang rencananya akan datang ke Indonensia pada bulan Januari 2009.
Menurut dia, GM Copr. sangatlah sadar bahwa pasar otomotif sangat besar menanti di Asia Pasifik. Pertumbuhan otomotif yang stagnan di AS dan Eropa semakin membuat produsen otomotif ini yakin untuk segera mungkin menjadikan Asia sebagai pasar utama mereka. (*)
Copyright © ANTARA 2008